Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KOL Stories x Michael Yeoh: Gimana Cara Mengenal Saham yang Sedang Uptrend dan Sudah Downtrend?

        KOL Stories x Michael Yeoh: Gimana Cara Mengenal Saham yang Sedang Uptrend dan Sudah Downtrend? Kredit Foto: Instagram/Michael Yeoh
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Seorang trader biasanya menggunakan garis tren (trendline) dalam melakukan analisis teknikal. Trendline menjadi salah satu senjata yang bisa dibilang ampuh bagi para trader dalam menganalisis. Karena disebutkan jika strategi trading yang paling baik itu adalah trading yang mengikuti tren pergerakan harga.

        Pasalnya, apabila kita bisa menggambar trendline dengan tepat maka garis tersebut bisa sama akuratnya dengan metode trading yang lain.

        Baca Juga: KOL Stories x Nizar Iman: Covid-19 Menggila, Saham Farmasi dan RS Mengamuk, Prank Bukan Yah?

        Trendline sendiri menghubungkan titik-titik lembah (bottom) yang naik secara berurutan pada keadaan uptrend, atau titik-titik puncak (TOP) yang turun secara berurutan pada keadaan downtrend. Atau lebih sederhananya, jika Anda pernah mendengar support dan resistance dalam kerangka waktu tertentu, trendline menjadi garis penghubung.

        Garis inilah yang menunjukkan arah dan kecepatan harga dan juga menggambarkan pola selama periode kontraksi harga. Nah, bagaimana mengetahui ketika saham sedang dalam fase uptrend dan downtrend?

        Warta Ekonomi yang berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat untuk mendalami pasar modal guna memperdalam pasar keuangan di Indonesia akan mengupas terkait cara membaca tren saham.  

        Untuk itu, Warta Ekonomi melalui KOL Stories berinisiatif untuk membahasnya bersama dengan salah satu influencer saham yang merupakan trader saham sekaligus analis Sucor Sekuritas, Michael Yeoh

        Untuk menganalisis nilai saham, ada dua cara yang bisa kita gunakan, yakni analisis fundamental dan teknikal. Boleh dijelaskan perbedaaan di antara keduanya?

        Pada analisis fundamental, kita tidak perlu terlalu sensitif terhadap pergerakan harganya. Menariknya market dibanding pasar lain seperti kripto, pasar saham ini punya underlying yang jelas. Contohnya, semua komoditas yang kalian gunakan merupakan produk dari perusahaan yang melantai di bursa. Jadi, analisis fundamental merupakan analisis yang mengedepankan performa perusahaan tersebut.

        Ini berbeda dengan analisa teknikal. Analisis teknikal lebih berfokus pada pergerakan harga saham di market.

        Apa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing analisis tersebut? Mana yang lebih mudah untuk diterapkan bagi investor pemula? Kemudian, mana yang lebih Anda rekomendasikan?

        Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Salah satu keunggulan dari analisis fundamental adalah dalam jangka panjang, jika kamu membeli perusahaan yang punya prospek baik ke depannya, apakah itu menggunakan PE, BV, EV/EBIDA, atau DCF, maka ada potensi saham yang kalian pegang meskipun sedang "nyangkut" maka saham tersebut bisa balik harga. Karena prospek atau growth dari perusahaan tersebut ke depannya akan menemui nilai intstristik yang wajar.

        Jadi, jika kalian membeli saham yang saat ini sedang turun terus-menerus, tetapi seandainya growth perusahaannya masih baik maka ke depannya bisa berbalik arah. Tetapi kekurangannya adalah terkadang pergerakan harga saham yang terjadi di market itu tidak selalu mencerminkan harga performance yang ada.

        Untuk melakukan analisis fundamental mengharuskan kita membaca laporan keuangan yang sudah past atau sudah terjadi. Maka dari itu market yang ada saat ini biasanya mendahului fundamentalnya sehingga jenis analisis ini sering terjadi bias waktu. Seringkali perusaahan yang bagus, sering membagi dividen, tetapi harga sahamnya turun, itu berarti growth perusahaan tersebut sudah tidak ada. Itu jeleknya analisis fundamental yang terlalu kaku.

        Untuk analisis teknikal, keuntungannya adalah kita bisa melihat pergerakan harga dalam jangka waktu yang pendek. Dalam satu hari kita bisa prediksi harga turun mencapai angka berapa, boleh beli dan jual di angka berapa, itu menggunakan analisis teknikal. Tetapi, analisis teknikal tidak bisa menilai suatu saham yang multi-bagger, karena historical past-nya terlalu panjang.

        Dalam analisis teknikal terdapat terdapat tiga tren, yakni uptrend, downtrend, dan sideways. Bagaimana cara melihat tren suatu saham? Apa saja yang perlu diperhatikan? 

        Untuk mengidentifikasi pergerakan uptrend, paling tidak harus dikonfirmasi selama satu bulan. Jika saham tersebut baru naik tiga hari masih belum bisa dikatakan uptrend. Jadi, harganya harus bisa mengalahkan harga tertinggi dalam waktu satu bulan. Itu baru bisa dikatakan uptrend.

        Sementara itu, sideways adalah kondisi di mana harga saham selama satu bulan tidak mampu melebihi harga tertingginya, alias harganya bolak-balik. Baik uptrend, downtrend, atau sideways, ketiganya tidak bisa disajikan dalam bentuk presentase, tetapi menggunkan price performance yang paling tidak bisa kita lihat selama satu bulan.

        Misalnya ada saham dalam satu minggu naik sebesar 20 persen. Setelah naik, saham tersebut secara rutin turun selama satu minggu, grafiknya merah terus. Tetapi nilai turunnya tidak lebih rendah dari 1.000. Maka itu masih dikatakan sideways, belum downtrend.

        Biasanya apa saja yang menjadi penyebab suatu analisis menjadi tidak akurat? 

        Jadi, kesalahan yang sering terjadi itu biasanya hanya melihat atau menganalisis dari satu time frame saja. Contoh, dia analisis hanya memakai time frame satu jam saja. Sementara kita tahu bahwa semakin kecil time frame maka potensi miss-nya itu semakin tinggi.

        Untuk bisa maksimal menganalisis, paling tidak gunakan tiga time frame, namun lebih banyak lebih bagus. Jangan terlalu banyak menggunakan indikator karena kita bisa ter-distract.  

        Adakah tips yang bisa dibagikan dalam membaca tren saham yang sedang uptrend dan sudah downtrend agar kita tidak salah momentum?

        Jadi dalam analisis teknikal, ada istilah yang dinamakan HH atau higher high di mana harga sahamnya selalu menembus harga tertinggi. Misalnya hari ini 1.000, tiga hari kemudian tembus angka 1.100 maka saham tersebut sudah mencetak harga tertinggi. Ketika tembus menjadi 1.200, saham ini memiliki harga tertinggi lagi. Itu disebut sebagai uptrend.

        Jangan lihat dari presentasenya. Begitu juga berlaku di downtrend. Kalau sudah menembus angka terendah maka bisa disebut sebagai downtrend. Contohnya, AGRO selama dua hari ini sudah terkoreksi lebih dari sepuluh persen. Apakah AGRO downtrend? Jawabnya adalah tidak, karena sebelumnya sudah naik lebih dari 50 persen. Dia bisa dikatakan downtrend jika angkanya mencapai angka terendah dalam satu bulan. 

        Menurut analisis Anda, apa saja saham-saham yang saat ini sedang mengalami uptrend dan downtrend?

        List saham uptrend yang pertama itu adalah AGRO, tetapi harus hati-hati karena saya sendiri masih menunggu koreksi sampai angka 2.200 baru saya lakukan pembelian. Kemudian saham uptrend lainnya TOWR. Jadi, ke depannya saya akan berfokus pada saham yang berhubungan dengan teknologi.

        Seandainya teknologi kita maju maka yang mendapat keuntungan adalah infrastrukturnya. Nah, infrastruktur pendukung teknologi 5G, atau e-commerce salah satunya adalah TOWR, TBIG, kemudian EXCL dan FREN.

        Terakhir, adakah pesan yang ingin disampaikan kepada teman-teman?

        Jadi yang harus saya ingatkan adalah kalian perlu tahu kalau market itu dinamis. Hari ini saya berbicara seperti ini, mungkin akan berbeda di bulan depan. Tiga bulan kemudian, saya juga tidak tahu apa yang terjadi ke depannya.

        Teman-teman harus aware terhadap wajah baru IHSG. Wajah baru ini merupakan IHSG yang berbasis di sektor teknologi. Ke depannya, IHSG akan punya satu sektor teknologi dan waiting-nya sangat besar. Bahkan mungkin bakal menyaingi banking. Bursa saham selalu seperti itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: