Hampir sepekan kebakaran lahan gambut di Desa Sei Segajah Makmur, Kabupaten Rokan Hilir, Riau terjadi. Peristiwa kebakaran itu bermula pada 20 Juli 2021.
Kepala Desa Sei Segajah Makmur, Dwi Rimawan bercerita awal kebakaran itu berupa sumber api di Desa Sungai Segajah Jaya. Setelah satu hari, api mulai masuk ke wilayahnya.
“Habis maghrib baru masuk ke wilayah saya, cukup luas,” kata Dwi.
Dwi bercerita, api yang membakar lahan tersebut berkembang sangat cepat. Sebab, rata-rata kondisinya berupa ilalang kering. Jadi dalam hitungan jam luasan (kebakarannya) sudah hektaran.
Dwi mengatakan akses jalan yang baik menuju desa membuat proses penanganan kebakaran cepat dilakukan. Tapi tantangannya yaitu proses menjangkau air yang bersumber dari sekat kanal yang berjarak 500 meter. Meski begitu, sekat kanal yang dibangun Badan Restorasi Gambut (BRG) pada 2018-2019 itu mampu menjadi penyokong pemadaman api, terdapat 25 unit sumur bor dan 28 unit sekat kanal.
“Pemanfaatannya sangat luar biasa,” ucap dia.
Dwi menyontohkan pada saat kebakaran, TNI/Polri mengambil air dari sekat kanal. Begitu pun dengan helikopter. Semua yang membantu pemadaman mengambil airnya dari sekat kanal.
Dwi menyeritakan pengalamannya mengenai pemanfaatan sekat kanal ini. Pada 2015, kebakaran yang terjadi mencapai 29 hari. Lahan yang kering memperparah kondisi kebakaran.
“Saya bayangkan kalau kebakaran dengan luas sekarang, kalau tidak ada sekat kanal, itu mungkin bisa bulanan. Ketika kebakaran di bawah mencapai 40 cm, api akan padam karena di bawahnya air,” ujar dia.
Dengan kecepatan (hembusan) api yang mencapai 40 km/jam, jadi kita fokus di parit-parit sekat kanal karena sumber airnya luar biasa. Sehingga selang-selang yang dibawa oleh satgas bisa memanfaatkan.
Dengan adanya sekat kanal dan sumur bor, kebakaran yang terjadi bisa diminimalisir. Kalaupun terjadi, kata dia, penanganan yang dulu bisa berbulan-bulan, sekarang hanya dalam hitungan hari. Dwi menyebut kehadiran sekat kanal dan sumur bor juga bermanfaat bagi kesejahteraan petani jagung, ubi, sayur mayur.
“Dulu tidak ada tanaman ini di lahan gambut. Sekarang, ya alhamdulillah ada hasil tambahan mereka,” ujar dia.
Untuk itu, Dwi mengajak beberapa petani atau pemilik perkebunan sawit menanam setengah hektare lahannya untuk palawija atau hortikultura. Dengan cara ini petani bisa terus menjaga lahan sehingga kebakaran bisa dihindari.
“Kalau hanya sawit, sekali tanam setahun atau dua tahun mendatang baru datang kan. Bagi petani yang mau, bibit jagung disediakan oleh Pokmas Gambut Makmur,” ucap dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: