Amerika Bilang Taliban Mungkin Mengeksekusi Pasukan Afghanistan yang Menyerah
Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kabul mengatakan pada Rabu (11/8/2021) bahwa mereka mendengar laporan tentang Taliban mengeksekusi beberapa tentara Afghanistan yang menyerah, ketika kelompok ekstremis itu merebut ibukota provinsi ke-10 dalam seminggu.
Taliban menguasai kota penting Ghazni yang strategis, yang hanya berjarak 90 mil barat daya ibu kota, Kabul. Ghazni berada di jalan raya Kabul-Kandahar yang menghubungkan Kabul dengan kubu militan di selatan negara itu. Taliban sekarang menguasai hampir sepertiga dari 34 ibu kota provinsi di Afghanistan.
Baca Juga: Tanpa Ditutup-tutupi, China Bersiap Akui Taliban Jadi Pemimpin Sah Afghanistan Jika Ini...
Kedutaan Besar AS mengatakan eksekusi yang dilaporkan atas penyerahan pasukan Afghanistan "sangat mengganggu" dan "bisa merupakan kejahatan perang."
"Jangan hapus pencapaian hak asasi manusia Afghanistan selama 20 tahun terakhir," cuit kedutaan, dikutip laman CBS News, Jumat (13/82021).
Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya melanjutkan persiapan untuk menarik diri sepenuhnya dari negara itu setelah dua dekade perang.
Bisakah pemerintah mempertahankan kontrol?
Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 dan membubarkan jaringan teroris al Qaeda yang berbasis di Afghanistan, yang telah melakukan serangan 11 September. Hal ini juga menggulingkan Taliban ekstremis, yang memerintah negara di bawah hukum Islam fundamentalis dan telah menyembunyikan Osama bin Laden dan al Qaeda.
Di bawah pemerintahan Taliban, orang dapat dieksekusi di depan umum karena perzinahan atau anggota badan diamputasi karena pencurian. Anak perempuan dilarang pergi ke sekolah, dan musik serta tarian dilarang.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada CBS News 'David Martin pada hari Rabu bahwa Taliban bisa 30 hari lagi untuk menekan ibu kota Afghanistan, Kabul, dan bahwa pemerintah Afghanistan bisa 90 hari lagi dari kehancuran.
PBB mengatakan sedikitnya 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan terakhir.
Ribuan orang telah berbondong-bondong ke Kabul, melarikan diri dari pertempuran. Mereka berkemah di ladang, taman, dan gudang yang ditinggalkan.
"Kami tidak punya uang untuk membeli roti atau membeli obat untuk anak saya," kata seorang pria berusia 35 tahun kepada BBC News setelah dia meninggalkan rumahnya di Kunduz ketika Taliban membakar rumahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: