Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jangan Campur Vaksin, Dosis Satu dan Dua Wajib Sama Ya!

        Jangan Campur Vaksin, Dosis Satu dan Dua Wajib Sama Ya! Kredit Foto: Antara/Stenly
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penyuntikan jenis vaksin Covid-19 yang berbeda pada satu orang atau mixing vaccine tidak boleh sembarangan. Harus berdasarkan rekomendasi medis.

        Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, sejauh ini baru beberapa kombinasi penyunti­kan vaksin Covid-19 saja yang dinyatakan lo­los uji. Misalnya, AstraZeneca (AZ)-Pfizer di Jerman, AstraZeneca-Sputnik di Azerbaijan dan Sinovac-AstraZeneca di Thailand.

        Baca Juga: Kemenkes Beberkan Cara Masyarakat Bisa Akses Vaksin Nusantara

        “Sementara kombinasi vaksin yang dipakai di Indonesia yakni Sinovac dan Moderna hanya untuk dosis ketiga (booster),” ka­tanya.

        Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini menjelaskan, kombinasi vaksin yang di­terima tenaga kesehatan (nakes) di Tanah Air merupakan vaksin Sinovac yang dialokasikan untuk populasi khusus. Yaitu, untuk anak, ibu hamil, maupun ibu menyusui.

        Pemberian vaksin dosis pertama dan dosis kedua harus serupa. Hal ini sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Nomor HK.02.02/4/423/2021.

        Wiku menegaskan, jenis vaksin yang dapat dikombinasikan nantinya dapat berkembang secara dinamis sesuai perkembangan uji lanjutan. Dia berharap, masyarakat dapat mengikuti vaksinasi sesuai prosedur dan tidak sembarangan mengkombinasikan vak­sin tanpa rekomendasi. “Lindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat,” ucap dia.

        Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, praktik mengkombinasikan vaksin Covid-19 berbeda merek tidak dapat diputuskan oleh individu. Melainkan, harus oleh badan-badan publik dengan ber­gantung pada data yang ada.

        “Meski praktik kombinasi ini mungkin menarik masyarakat di negara-negara yang mengalami kekurangan pasokan vaksin, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan imunogenisitas dan keamanan­nya,” kata Juru Bicara WHO, Soumya Swaminathan sebagaimana dikutip dari kan­tor berita China, Xinhua, Senin (23/8).

        Netizen mengkhawatirkan efek jangka panjang yang mungkin bisa timbul akibat mengkombinasikan vaksin Covid-19 tanpa rekomendasi medis. Lebih baik, dosis kedua disesuaikan saja dengan dosis pertama. Menurut akun @Valosenadya1, sebaiknya mengikuti anjuran WHO saja. Agar setiap orang menerima dua dosis vaksin Covid-19 dari jenis atau merek vaksin yang sama.

        “Data efektivitas dan tingkat keamanan penggunaan vaksin Covid-19 dari jenis yang berbeda masih sangat terbatas,” ung­kapnya.

        Senada dilontarkan @errrrricaaaaa. Kata dia, kalau belum ada research tentang kombi­nasi merek vaksin, lebih baik jangan kombinasi vaksin dulu. Sesuaikan saja dengan dosis vaksin pertama.

        “Jadi agak takut, ini sebenarnya boleh apa nggak. Kita nggak tahu juga efek jangka pan­jangnya kalau campur-campur gituh. Takut side effect-nya sih,” ujar @tumisoseng.

        Menurut @RodriChen, setiap vaksin memi­liki ketentuan jumlah kali dosis masing-masing. Misalnya, Hepatitis B perlu tiga dosis. Begitupun dengan vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia, semuanya butuh dua dosis. “Per 10 Agustus 2021, belum ada kombinasi vaksin beda merk yang direkomendasi WHO” tutur @ RodriChen.

        Sementara @readitya mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera memberlakukan kombinasi vaksin AstraZaneca dengan Pfizer. Kata dia, berdasarkan penelitian, kombinasi dua merk vaksin itu menghasilkan imunitas lebih tinggi, ketimbang dua dosis AZ atau dua dosis Pfizer. “Semoga ada pertimbangan ke depannya dari Pak Menteri,” ujarnya.

        “Lebih baik riset kombinasi jenis vaksin yang terbaik, atau pilihan jenis vaksin untuk booster pada penduduk, atau riset operasional cakupan vaksinasi,” kata @drpriono1.

        Akun @adamprabata membeberkan, hingga kini belum ada hasil penelitian lanjutan lainnya mengenai kemampuan kombinasi vaksin selain AstraZeneca dan Pfizer. Sehingga, peningkatan kekebalan yang dimunculkan dari kombinasi vaksin lain belum diketahui.

        “Jadi penasaran hasil kombinasi Sinovac den­gan Moderna, AstraZeneca dengan Moderna, dan Sinovac dengan Astrazeneca. Semoga segera ada penelitiannya. Kalau tidak salah, Thailand sudah mulai mix Sinovac dengan AZ sejak Juli,” tutur _putriayuw.

        Akun @GundiDr mengingatkan, kombinasi Sinovac dan Moderna di Indonesia baru sebatas untuk booster. Dari beberapa laporan tenaga kes­ehatan, kombinasi keduanya terjadi peningkatan titer antibodi Sars Cov2 yang signifikan.

        “Kemarin baru menerima dosis pertama AZ, semoga November nanti dosis kedua bisa Pfizer deh. Cuma ngarep sih,” ujar thoriqib_.

        “Semoga kombinasi Sinovac dengan vaksin lain ada juga, biar antibodinya makin tinggi,” ujar @rizky_syahputra28.

        Akun @fitriani_jubail_saudia mengaku sudah mendapat dosis kombinasi vaksin AstraZeneca dan Pfizer. Dia mengaku merasa­kan semuanya baik-baik saja setelah divaksin. Sampai sekarang sehat, tidak sakit-sakitan seperti batuk, pilek, demam. “Alhamdulillah aman. Dan saya masih tetap disiplin protokol kesehatan (prokes),” ungkapnya.

        “Vaksin AstraZeneca dosis pertama dan vaksin Pfizer dosis kedua katanya sebuah kombinasi yang sempurna,” ujar @DepressedS0UL__. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: