- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Dinilai Efektif Mengurangi Emisi Karbon, Pertamina Pikirkan Kebutuhan Pasar Gas Bumi
Chief Executive Officer PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Budiman Parhusip mengungkapkan permintaan gas bumi di Indonesia diprediksi akan terus meningkat sampai tahun 2030 dan penggerak dari permintaan ini adalah di sektor listrik, industri, dan sektor pupuk.
“Kita perlu strategi yang baik untuk menciptakan permintaan yang cukup dekat dengan lapangan-lapangan yang terabaikan ini dan bisa mendapatkan infrastruktur yang terintegrasi ini dengan pasar permintaan,” ujarnya dalam Plenary Session 2 bertema Toward 12 BSCFD: Unlocking the Gas Market dalam serangkaian Pameran dan Konvensi Indonesian Petroleum Association Ke-45 2021 yang digelar secara virtual, Kamis (2/9/2021).
Baca Juga: Pidato Jokowi Sudah Tepat, Sekarang Tunggu Pemerintah Wujudkan Transisi Energi dan Ekonomi Hijau
Budiman mengatakan, pasar domestik akan dapat menyerap ssebesar 50-60 persen dari total pasokan. Industri ketenagalistrikan digadang-gadang akan akan menjadi pasar terbesar. Oleh karena itu, komitmen kuat dari PLN, termasuk lebih banyak pemanfaatan gas bumi di sektor listrik dibutuhkan sehingga dapat memperbaiki pemanfaatan gas. Salah satunya dengan membuka industri baru seperti Petrokimia untuk mempercepat pertumbuhan permintaan gas.
Di sisi lain, upaya peningkatan produksi gas bumi dengan target sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030 harus diimbangi dengan upaya menciptakan pasar gas. Dengan begitu, pasokan gas yang ada dapat terserap secara maksimal untuk kepentingan nasional.
“Sebagai kesimpulan mengurangi CO2 sangat penting untuk memerangi perubahan iklim dan gas bisa memainkan peran yang penting dari sisi ekonomi menuju energi terbarukan karena memiliki emisi lebih rendah dibandingkan minyak dan batubara. Indonesia memiliki sumber daya gas banyak ada banyak potensi eksplorasi tetapi kita harus mempercepat eksplorasi gas,” ujarnya.
Budiman mengungkapkan, Pertamina berkomitmen mendukung program pemerintah untuk meningkatkan produksi gas bumi. Di antaranya dari pengembangan Wilayah Kerja Sanga-sanga, Mahakam, dan Donggi Senoro. Pertamina juga memiliki lapangan-lapangan gas yang belum dapat dikembangkan karena tersandung masalah monetisasi.
Oleh karena itu, penting kiranya menciptakan permintaan dari lapangan gas yang cukup dekat dengan pasar. Caranya dengan menciptakan infrastruktur yang terintegrasi dengan permintaan. Menurutnya, hal ini juga berlaku ketika ingin mengembangkan kawasan Indonesia Timur yang notabene banyak memiliki potensi migas.
“Pada saat bersamaan mengoptimalkan rencana pembangunan dan menciptakan permintaan domestik di sektor industri dan listrik dengan infrastruktur. Ini menjadi hal utama untuk mencapai 12 BSCFD dan meningkatkan pemanfaatan gas domestik,” tuturnya.
Adapun untuk mendukung peningkatan produksi dari sisi hulu, industri migas berharap mendapatkan insentif dari pemerintah. Mengingat, mempertahankan produksi dari lapangan yang mature membutuhkan biaya tinggi dan strategi yang bagus untuk dapat terus beroperasi.
“Untuk terus mempertahankan produksi lapangan kita memerlukan insentif dari pemerintah. Terima kasih kepada Kementerian ESDM yang sudah memberikan insentif untuk Wilayah Kerja Mahakam,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: