Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Orang Terkaya Lebanon Kembali Jadi Perdana Menteri: Situasi Kita saat Ini Sangat Kritis

        Orang Terkaya Lebanon Kembali Jadi Perdana Menteri: Situasi Kita saat Ini Sangat Kritis Kredit Foto: Reuters/MOHAMED AZAKIR
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Orang terkaya Lebanon, Najib Mikati kembali menjadi perdana menteri negara tersebut. Pengangkatannya bersama dengan penunjukan kabinet baru yang diharapkan mengakhiri kelumpuhan politik selama berbulan-bulan.

        Kelumpuhan ini terjadi karena Lebanon harus bergulat dengan beberapa krisis domestik terparah yang pernah dihadapi dalam sejarah.

        Mikati adalah seorang pengusaha yang kaya, bisnisnya bergerak di sektor telekomunikasi. Dia adalah seorang Muslim Sunni dan dikenal sebagai seorang yang pro-Suriah.

        Baca Juga: Presiden dan PM Lebanon Sepakat Bentuk Pemerintahan

        Dilansir dari BBC International di Jakarta, Selasa (14/9/21) nilai mata uang mereka runtuh, pengangguran dan inflasi melonjak, listrik, bahan bakar dan obat-obatan bahkan kekurangan pasokan. Rakyat juga meminta negara untuk menyerukan reformasi politik besar-besaran.

        Lebanon tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi dengan baik sejak Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri beberapa hari setelah ledakan besar pada 4 Agustus 2020 menghancurkan pelabuhan Beirut dan daerah sekitarnya.

        Ledakan yang disebabkan oleh ammonium nitrat itu menewaskan 203 orang, melukai sedikitnya 6.000 orang dan menyebabkan kerugian miliaran dolar.

        Bencana yang datang di tengah pandemi itu memicu gelombang kemarahan terhadap pemerintah dan sistem politik Lebanon. Para pengunjuk rasa menyalahkan ledakan itu pada korupsi pejabat negara.

        Peristiwa ledakan juga memperparah kemarahan sejak awal krisis keuangan pada akhir 2019. Dalam beberapa bulan terakhir, mata uang Lebanon telah kehilangan 90% nilainya, tiga perempat populasi hidup di bawah garis kemiskinan.

        Mikati mengatakan kepada BBC, salah satu prioritas pertamanya sebagai perdana menteri adalah memulai kembali pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk mengamankan paket penyelamatan keuangan.

        "Anda tahu betapa kritisnya situasi kita saat ini," ujarnya.

        Mikati menyaksikan ketegangan pada sektor pendidikan dan kesehatan, serta meningkatnya jumlah orang yang meninggalkan negara itu.

        Mikati menambahkan terlepas dari kekayaannya sendiri, dia dapat memahami dampak krisis saat ini pada kehidupan masyarakat. 

        "Saya punya tiga anak ... di luar Lebanon. Jadi saya merasa dengan orang-orang. Saya merasakan jenis kemiskinan, jenis kelaparan yang mereka rasakan, ada ketakutan yang mereka miliki akan masa depan. Jadi ini bukan hanya masalah uang atau tidak [memiliki] uang." ujar Mikati

        Sistem pembagian kekuasaan sektarian Lebanon telah menghalangi upaya untuk membentuk pemerintahan usai pengunduran diri Hassan Diab.

        Sejak akhir perang saudara 1975-90an, kekuatan politik Lebanon telah diseimbangkan dengan hati-hati di antara banyak sekte. Dimulai dari presiden seorang Kristen, perdana menteri seorang Muslim Sunni dan Ketua seorang Muslim Syiah.

        Ketidakmampuan Lebanon untuk mencapai kesepakatan berbagai faksi dalam pencalonan menteri menghambat proses langkah tersebut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: