Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hingga 2030 Kebutuhan Gas Capai 1.350 bbtud, PLN Request Pembangunan Infrastruktur

        Hingga 2030 Kebutuhan Gas Capai 1.350 bbtud, PLN Request Pembangunan Infrastruktur Kredit Foto: Panpel Webinar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengungkapkan jika pemanfaatan gas bumi untuk pembangkit pada tahun 2010 hingga 2020 mengalami peningkatan, termasuk peningkatan pada serapan Liquified Natural Gas (LNG).

        Namun, menurut VP Pengendalian Kontrak Gas PLN Edwin Bangun dalam Webinar bertajuk "Arah Baru Industri Migas: Ketahanan Energi dengan Memaksimalkan Pemanfaatan Natural Gas dan LNG", Rabu (22/9/2021), di tengah pandemi Covid-19, harga gas dibandingkan harga batu bara menyebabkan fuel mix gas semakin rendah. Baca Juga: PLN Rencanakan Penggunaan Carbon Capture Storage di PLTU

        Adapun, hingga tahun 2030, terdapat dua skenario yang disampaikan dalam draft Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), yaitu skenario optimal dan skenario low carbon.

        "Low carbon ini akan menambah pasokan gas lagi dan akan menekan daripada PLTU," tegas dia.

        Sambungnya, "Kebutuhan gas PLN sendiri antara tahun 2020 sampai 2030 berkisar antara 1.100 bbtud sampai 1.350 bbtud. Hal ini adalah demand gas yang didesain dalam draft RUPTL yang sebentar lagi rencananya akan ditandatangani," ucapnya lagi.

        Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, agar pemanfaatan gas bumi untuk domestik dapat semakin optimal maka infrastruktur gas bumi harus banyak dibangun.

        "Bahkan tadi PLN sudah meminta, bahwa ke depannya kita harus membangun infrastruktur," tegasnya.

        Lanjutnya, ia kemudian memaparkan potensi gas bumi Indonesia sangat besar, terutama di bagian timur Indonesia.

        Namun, industri banyak terdapat di bagian barat Indonesia. "Bagaimana gas di Papua dan Sulawesi bisa dibawa ke Indonesia bagian barat karena memang di sana market-nya dibandingkan di Indonesia bagian timur dan tengah," tutur dia,

        Karena itu, menurutnya pemerintah perlu menciptakan lebih banyak demand agar serapan gas di dalam negeri bisa lebih berkembang.

        "Perlu adanya insentif-insentif yang diberikan agar demand bisa tumbuh dengan adanya kawasan-kawasan industri baru," tukasnya.

        Selain itu, Sekretaris SKK Migas, Taslim Z. Yunus menyampaikan hingga tahun 2050 mendatang akan terjadi kenaikan pemanfaatan minyak bumi sebesar 139% dan gas sebanyak 298% dibandingkan saat ini. 

        "Pada tahun 2050 kenaikan konsumsi minyak menjadi 3,97 juta bopd (barel per hari) dan gasnya menjadi lebih dua kali lipat yaitu 26 BSCFD (miliar standar kaki kubik gas per hari). Ini artinya kita akan mengalami kenaikan permintaan dari minyak dan gas, walaupun dari persentasenya, porsi minyak terutama, adalah lebih kecil," ungkapnya.

        Lanjut dia, pertumbuhan pemanfaatan gas bumi di sisi hilir dari tahun 2012 hingga sekarang dmasih sangat rendah ketimbang pertumbuhan ekonomi mencapai 4-5 %.

        "Kalau dari demand-nya sangat kecil yaitu 1 persen. Oleh sebab itu kami tidak henti-hentinya bekerjasama dengan para buyer bagaimana cadangan-cadangan (gas bumi) yang sudah di-POD-kan bisa diambil sesuai dengan kontrak yang ditetapkan bersama," jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: