Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Revaluasi?

        Apa Itu Revaluasi? Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Revaluasi adalah kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan meningkatkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing atau luar negeri. Revaluasi adalah kebalikan dari devaluasi.

        Revaluasi hanya bisa dilakukan dengan keputusan pemerintah suatu negara, seperti bank sentral yang dapat mengubah nilai resmi mata uang. Sementara itu, negara berkembang lebih cenderung menggunakan sistem suku bunga tetap untuk membatasi spekulasi dan menyediakan sistem yang stabil. 

        Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Cara yang dilakukan umumnya adalah pinjaman asing, pengetatan keuangan, pengendalian harga dan upah, serta pembatasan aliran modal keluar.

        Baca Juga: Apa Itu Restrukturisasi Kredit?

        Revaluasi mampu mempengaruhi harga barang impor dan harga barang ekspor dalam konsep keseimbangan kemampuan berbelanja. Nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi harga barang-barang ekspor dan impor suatu negara. Pada revaluasi, harga barang ekspor menjadi lebih mahal sedangkan harga barang impor menjadi lebih murah.

        Revaluasi mempengaruhi mata uang yang diperiksa dan penilaian aset yang dimiliki oleh perusahaan asing dalam mata uang tertentu. Karena revaluasi berpotensi mengubah nilai tukar antara dua negara dan mata uang masing-masing, nilai buku aset asing juga harus disesuaikan untuk mencerminkan dampak perubahan nilai tukar.

        Adapun penyebab terjadinya revaluasi mata uang dapat dipicu oleh berbagai peristiwa, termasuk perubahan suku bunga antara berbagai negara dan peristiwa berskala besar yang mempengaruhi profitabilitas atau daya saing ekonomi secara keseluruhan. Perubahan kepemimpinan juga dapat menyebabkan fluktuasi karena dapat menandakan perubahan stabilitas pasar tertentu.

        Selain itu, permintaan spekulatif juga dapat mempengaruhi nilai mata uang. Misalnya, pada tahun 2016, sebelum pemungutan suara menentukan apakah Inggris akan tetap menjadi bagian dari Uni Eropa (UE), spekulasi menyebabkan fluktuasi nilai berbagai mata uang, termasuk dolar AS dan yuan China. Karena pada saat itu belum diketahui apakah Inggris akan tetap menjadi bagian dari UE atau tidak, tindakan apa pun yang diambil karena kemungkinan ini dianggap bersifat spekulatif.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: