Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Myanmar Cemaskan ASEAN, Ini Langkah Berani Diplomat Malaysia yang Lantang Teriakkan...

        Myanmar Cemaskan ASEAN, Ini Langkah Berani Diplomat Malaysia yang Lantang Teriakkan... Kredit Foto: Reuters/Andrea Verdelli
        Warta Ekonomi, Kuala Lumpur -

        Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan kepada rekan-rekan ASEAN-nya bahwa prinsip non-intervensi tidak dapat digunakan “sebagai tameng untuk menghindari masalah yang ditangani.” Hal ini mengingat krisis Myanmar telah mengkhawatirkan kawasan tersebut.

        Melansir Associated Press, dalam forum daring terpisah minggu lalu, dia menyarankan para pejabat dan lainnya “melakukan pencarian jiwa” untuk ASEAN "tentang kemungkinan beralih dari prinsip non-intervensi menuju 'keterlibatan konstruktif' atau 'non-indiferen.'"

        Baca Juga: Para Pemimpin ASEAN Gelar Pertemuan Puncak Masih Tanpa Kehadiran Jenderal Myanmar

        Sementara itu Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyatakan bahwa pemerintahnya masih mengakui Suu Kyi dan menggulingkan Presiden Win Myint, keduanya telah ditahan, sebagai pemimpin sah Myanmar, menurut diplomat itu.

        ASEAN telah berada di bawah tekanan internasional yang kuat untuk mengambil langkah-langkah untuk membantu mengakhiri kekerasan yang telah menewaskan sekitar 1.100 warga sipil sejak tentara mengambil alih kekuasaan dan mengurung Suu Kyi dan lainnya.

        Hasilnya, lih-alih jenderal tertinggi Myanmar, diplomat veteran berpangkat tertinggi negara itu, Chan Aye, diundang ke KTT ASEAN sebagai perwakilan “non-politik” negara itu, kata diplomat Malaysia itu. Namun, masih belum jelas apakah Chan Aye akan hadir.

        Utusan khusus PBB Christine Schraner Burgener memperingatkan pekan lalu bahwa Myanmar “akan menuju negara gagal” jika konflik kekerasan antara militer, warga sipil dan etnis minoritas lepas kendali dan kemunduran demokrasi tidak diselesaikan secara damai.

        Partai Suu Kyi menang telak pada 2015 setelah lebih dari lima dekade kekuasaan militer. Tetapi militer tetap kuat dan menentang kemenangan partai Liga Nasional untuk Demokrasi dalam pemilihan November lalu sebagai penipuan.

        ASEAN belum mengakui kepemimpinan militer meskipun Myanmar tetap menjadi anggota.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: