Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Duh... Pandemi Mengakibatkan Trauma, Apakah Anda Mengalaminya?

        Duh... Pandemi Mengakibatkan Trauma, Apakah Anda Mengalaminya? Kredit Foto: Unsplash/Nik Shuliahin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Selama hampir dua tahun, orang-orang mengalami banyak kesedihan dan kehilangan. Sebagian orang juga harus kehilangan orang yang dicintai. 

        Mereka kehilangan pekerjaan dan keamanan finansial, identitas, rasa diri, dan berkurangnya ruang gerak. “Kita sekarang berada di tengah-tengah trauma kolektif dan kompleks yang sedang berlangsung, tidak dapat diprediksi, dan tidak memiliki akhir yang jelas,” kata asisten profesor dan Co-Director Center on Trauma and Adversity, Case Western Reserve University, Jennifer King, seperti dilansir di laman Huffington Post, baru-baru ini.

        Baca Juga: Nggak Nyangka! Tidur Siang yang Panjang Ternyata Punya Keterkaitan dengan Risiko Diabetes Tipe 2

        Bukti menunjukkan bahwa pandemi dan semua ketakutan, stres, isolasi, dan kesedihan yang ditimbulkannya telah menjadi salah satu pemicu stres traumatis utama yang menyebabkan semua jenis gejala mirip gangguan stres pascatrauma (PTSD).

        Jika merasa gelisah baru-baru ini atau menyadari bahwa Anda sangat negatif, sensitif, atau menarik diri, trauma terkait Covid-19 mungkin berperan. Efek trauma dapat membebani Anda, tidak peduli seberapa ringan atau parahnya. Berikut beberapa tanda di antaranya:

        1. Waspada berlebihan

        Salah satu gejala trauma yang sangat menonjol adalah kewaspadaan yang berlebihan. Dia mengatakan, mengalami atau menyaksikan trauma dapat menempatkan Anda dalam keadaan aktif di mana terus-menerus memindai ancaman berikutnya.

        Baca Juga: Bikin Ngeri! Hanya Butuh 3 Hari Tidak Aktif Bergerak Anda Mengambil Satu Langkah Menuju Diabetes

        Karena semua energi kita terfokus pada kelangsungan hidup, kewaspadaan yang berlebihan dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan fokus. Bagi banyak orang, gejala ini bermanifestasi sebagai respons emosional yang besar terhadap masalah kecil atau stresor.

        2. Lelah

        Kelelahan emosional dan kelelahan fisik bukanlah respons stres pascatrauma tradisional, tapi dalam konteks pandemi ini, di mana stresor traumatis sedang berlangsung, banyak orang merasa sangat lelah. Trauma bisa menguras tenaga.

        "Ini sangat terkait dengan hidup dan diinkubasi dalam trauma kolektif dan stres kolektif yang terjadi," kata King.

        3. Anda sangat negatif

        Trauma sering mengarah pada pemikiran negatif yang mengganggu. Setelah trauma, orang dapat merasa sulit untuk melihat masa depan dan merasa positif tentang ke mana arah mereka dan dunia.

        Beberapa orang mengembangkan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri dan harga diri mereka mungkin terpukul. “Semuanya menjadi sangat negatif dalam cara mereka beroperasi,” kata Tamar Rodney, asisten profesor di Johns Hopkins School of Nursing yang berspesialisasi dalam trauma dan psikiatri.

        Baca Juga: Wajib Terapkan Pola Hidup Sehat! Jika Anda Terkena Diabetes, dalam Waktu 10 Tahun Anda Berisiko…

        4. Anda memiliki lebih banyak sakit dan nyeri fisik

        Stres traumatis, terutama yang berlangsung lama dan kronis, dapat memengaruhi kesehatan fisik Anda. Seiring waktu, stres dan trauma dapat mengakibatkan penurunan fungsi kekebalan tubuh bersama dengan peningkatan ketegangan dan rasa sakit di seluruh tubuh.

        Beberapa orang mengembangkan migrain dan sakit kepala, sementara yang lain mengalami masalah pencernaan, tekanan darah meningkat, sakit punggung, atau nyeri sendi.

        5. Sulit tidur nyenyak

        Stres traumatis dapat menyebabkan segala macam gangguan tidur, termasuk insomnia, masalah jatuh dan tetap tertidur, mimpi stres, dan mimpi buruk. Perkiraan menunjukkan bahwa hingga 91 persen orang dengan PTSD memiliki masalah dengan tidur.

        6. Menarik diri

        Penghindaran atau sengaja memisahkan diri dari orang lain adalah efek umum lain dari trauma. Khususnya dengan Covid-19, banyak orang mengalami kesulitan untuk terlibat kembali dengan aktivitas, tempat, dan orang yang pernah mereka nikmati. Rodney mengatakan menarik diri menjadi bermasalah ketika Anda tidak dapat melakukan hal-hal fungsional yang akan membuat hidup bermakna lagi.

        Baca Juga: Penting untuk Perawatan Diabetes, Sampai Kapan Penderita Diabetes Harus Suntik Insulin? Ternyata…

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: