Sistem manajemen penentuan harga tes PCR dinilai buruk oleh Managing Director Political Economy & Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan. Pasalnya, jeda waktu antara penetapan perubahan harga dengan implementasinya hanya memiliki waktu yang relatif singkat.
"Ini suatu manajemen yang sangat buruk di mana penurunan harga PCR ini langsung seketika. Rumah sakit banyak yang rugi," ujar Anthony dalam diskusi virtual Narasi Institute, Jumat (29/10/2021).
Baca Juga: Harga PCR Turun Karena Perintah Presiden, Ternyata Jokowi Ingin Tampil jadi Pahlawan
Menurut Anthony, rumah sakit sudah lebih dulu membeli peralatan tes PCR melalui distributor importir, lalu kemudian Presiden Jokowi meminta harga turun secara tiba-tiba. Padahal, rumah sakit sudah terlanjur membeli dengan harga tinggi, kata Anthony.
"Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) meminta pemerintah agar dapat mengatur harga reagen, karena mereka sudah membeli dulu. Ini kan sesuatu yang regulasinya sangat buruk," pungkasnya.
Terlebih, Anthony meyakini perubahan harga membutuhkan rentang waktu, misal dalam kurun waktu seminggu atau lebih. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada penurunan harga tes PCR. Perubahan harga diminta langsung diterapkan segera setelah keputusan perubahan harga diumumkan.
"Kita tahu bahwa menurunkan harga itu ada rentang waktu. Ini kan bukan kayak BBM yang harga turun terus pada ngantri. Masa orang ngantri buat tes PCR?" cibirnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: