Heboh aksi Menteri BUMN, Erick Thohir yang mengaku heran dengan adanya temuan toilet berbayar di SPBU menuai berbagai komentar ada yang mendukung karena sudah seharusnya fasilitas SPBU tak perlu lagi dipungut biaya.
Namun aksi Erick juga menuai kritik, karena banyak pula yang menilai aksi mantan bos Inter Milan itu dinilai berlebihan dan penuh pencitraan.
Menanggapi hal itu, Pj Ketua Umum PB HMI, Romadhon Jasn menyayangkan sikap Erick yang dinilai tidak bijak dan tidak memahami persoalan secara lebih utuh. Menurutnya, saat ini banyak toilet SPBU yang memang dijaga secara khusus supaya kebersihannya tetap terjaga.
"Sebenarnya banyak toilet SPBU yang sengaja dijaga secara khusus oleh cleaning servis agar toilet SPBU bisa menjadi toilet bersih dan terurus. Sehingga pengelola SPBU lebih bisa fokus dengan bisnis utamanya menjual bahan bakar" katanya.
Selain itu menurut Romadhon, tidak semua toilet SPBU mematok tarif tertentu. Masih banyak toilet SPBU yang tidak memungut tarif. Paling-paling hanya menyediakan kotak amal bagi pengguna toilet yang ingin berbagi.
"Masih banyak toilet yang tidak memungut tarif. Paling-paling hanya menyediakan kotak amal bagi pengguna yang ingin berbagi. Tapi tidak ada nominal tertentu, semuanya sukarela dan seikhlasnya saja" katanya.
Romadhon juga menambahkan bahwa berdasarkan informasi dari beberapa penjaga toilet SPBU, uang yang diperoleh dari kotak amal itu sebagian besar untuk membiayai kebutuhan kebersihan toilet dan mushola di SPBU, seperti membeli sabun dan pewangi, biaya sedot wc, alat pel, air, sampai perbaikan saluran pembuangan kotoran agar toilet tidak mampet.
"Dan sebagian lagi untuk penjaga toilet yang bertanggungjawab merawat dan menjaga kebersihan toilet," terangnya.
Selain itu, Romadhon juga mengingatkan bahwa saat ini banyak orang-orang kecil yang menggantungkan hidupnya sebagai penjaga toilet SPBU.
"Kalau mau jujur, banyak orang yang menggantungkan hidup sebagai penjaga SPBU. Mereka adalah orang-orang kecil yang mau dan rela membersihkan kotoran orang lain dengan imbalan yang tidak seberapa. Kalau mereka tidak boleh lagi menjaga toilet, tentu akan semakin memperbanyak pengangguran" terangnya.
Romadhon mengaku paham dengan maksud Erick Tohir agar memang sudah seharusnya menjadikan toilet SPBU sebagai fasilitas publik itu tak ada pemungutan tarif.
"Namun nampaknya ET lupa bahwa banyak toilet SPBU yang selama ini gratis ternyata tidak terurus dengan baik, toilet kotor, dan tidak sedikit salurannya mampet," tandasnya.
"Persoalan toilet SPBU ini memang bagaikan buah simalakama, mau digratiskan tapi terancam tidak terurus, jika mau ditetapkan tarif tentu tidak tepat karena toilet adalah fasilitas" ujarnya.
Menurut Romadon yang lebih penting adalah memastikan agar toilet SPBU terurus dan bersih, sehingga pengguna merasa nyaman.
"Yang penting itu kita harus berusaha menjadikan toilet SPBU sebagai toilet yang bersih, sehingga pengguna merasa nyaman dan tidak jijik. Kalaupun ada pengguna atau pengunjung mau memberikan uang sebagai bentuk terima kasih, tentu boleh-boleh saja asal bersifat sukarela, tidak ada tarif dan tidak ada paksaan. Apalagi uang yang diberikan juga untuk kepentingan membersihkan toilet, jadi, tidak masalah" ujarnya.
Tidak hanya itu, bahkan menurut Romadhon, toilet SPBU itu semestinya memang harus dijaga secara khusus dan terpisah dari kerja-kerja cleaning servis.
"Toilet SPBU itu memang seharusnya dijaga secara khusus, agar kebersihannya terjamin, peralatannya terjaga, dan yang paling penting agar selalu ada orang yang bertanggungjawab apabila toilet tidak berfungsi dengan baik".
"Bagaimana kalau saluran pembuangannya mampet, terus ada yang BAB dan gak bisa disiram. Siapa yang bisa membuang dengan tangan kotoran itu, kan ga mungkin pak operator SPBU atau pak Erick sudah pasti penjaga toilet itu," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: