Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Black-box Testing?

        Apa Itu Black-box Testing? Kredit Foto: Unsplash/Tyler Franta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Black box testing adalah salah satu metode software testing di mana fungsionalitas aplikasi software akan diuji tanpa memiliki pengetahuan tentang struktur kode internal, detail implementasi, dan jalur internal. Black box testing berfokus pada input dan output aplikasi software dan sepenuhnya didasari pada persyaratan dan spesifikasi software tersebut. Ini juga dikenal sebagai behavioral testing.

        Black box dapat berupa sistem software apa pun yang ingin Anda uji. Misalnya, sistem operasi seperti Windows, situs web seperti Google, database seperti Oracle atau bahkan aplikasi kustom Anda sendiri. Dengan black box testing, Anda dapat menguji sebuah aplikasi hanya dengan berfokus pada input dan output tanpa mengetahui implementasi kode internalnya.

        Baca Juga: Apa Itu White-box Testing?

        Jenis-Jenis Black Box Testing

        Black box testing dapat diterapkan pada tiga jenis pengujian utama, yaitu functional testing, non-functional testing, dan regression testing.

        1. Functional Testing

        Black box testing dapat menguji fungsi atau fitur tertentu dari software yang sedang diuji. Misalnya, kita bisa memeriksa apakah mungkin untuk masuk menggunakan kredensial pengguna yang benar, dan tidak mungkin untuk masuk menggunakan kredensial yang salah.

        Jenis pengujian ini dapat berfokus pada aspek yang paling kritis dari software (smoke testing atau sanity testing) pada integrasi antara komponen-komponen utama (integration testing), atau pada sistem secara keseluruhan (system testing).

        2. Non-Functional Testing

        Black box testing dapat memeriksa aspek tambahan dari software, di luar fitur dan fungsionalitasnya. Non-functional testing tidak dapat memeriksa "jika" software tersebut dapat melakukan tindakan tertentu, tetapi "bagaimana" melakukan tindakan itu.

        Black box testing dapat mengungkap apakah software tersebut:

        • Dapat digunakan dan mudah dipahami oleh penggunanya;
        • Memiliki kinerja di bawah beban yang diharapkan atau beban puncak;
        • Kompatibel dengan perangkat, ukuran layar, browser, atau sistem operasi yang relevan;
        • Memiliki kerentanan keamanan atau ancaman keamanan umum.

        3. Regression Testing

        Black box testing dapat digunakan untuk memeriksa apakah versi terbaru dari software tersebut sudah menunjukkan regresi, atau penurunan kemampuan, dari satu versi ke versi berikutnya. Regression testing dapat diterapkan pada aspek fungsional software (misalnya, fitur tertentu tidak lagi berfungsi seperti yang diharapkan di versi terbaru), atau aspek non-functional (misalnya, memiliki kinerja yang sangat lambat di versi terbaru).

        Teknik dalam Black Box Testing

        Berikut ini adalah strategi uji terbaik di antara banyak teknik yang digunakan dalam black box testing.

        1. Equivalence Class Testing: Digunakan untuk meminimalisasi jumlah kasus uji ke tingkat optimal sambil mempertahankan cakupan pengujian yang wajar.
        2. Boundary Value Testing: Boundary value testing difokuskan pada nilai pada batas. Teknik ini menentukan apakah rentang nilai tertentu dapat diterima oleh sistem atau tidak. Hal ini sangat berguna dalam mengurangi jumlah kasus uji. Ini paling cocok untuk sistem di mana input-nya berada dalam rentang tertentu.
        3. Decision Table Testing: Sebuah tabel keputusan yang menempatkan penyebab dan efeknya dalam sebuah matriks. Ada kombinasi unik di setiap kolomnya.

        Bagaimana Cara Melakukan Black Box Testing

        Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti untuk melakukan semua jenis black box testing.

        Pertama, periksa segala persyaratan dan spesifikasi sistem. Penguji akan memilih input yang valid (skenario pengujian positif) untuk memeriksa apakah SUT memprosesnya dengan benar. Juga, beberapa input yang tidak valid (skenario pengujian negatif) dipilih untuk memverifikasi bahwa SUT dapat mendeteksinya.

        Selanjutnya, penguji menentukan keluaran yang diharapkan untuk semua masukan tersebut. Penguji software akan membuat kasus uji dengan input yang dipilih. Kemudian, kasus uji mulai dijalankan. Penguji software membandingkan keluaran aktual dengan keluaran yang diharapkan. Terakhir, jika ada cacat atau eror, harus diperbaiki dan diuji ulang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: