Ucapan Jenderal Israel Adalah Sebuah Ancaman: Bukan Hal Sulit Kami Serang Iran Besok
Israel tak henti-hentinya mengumbar ancaman ke Iran. Kepala Angkatan Udara Israel yang baru, Mayor Jenderal Tomer Bar bahan mengatakan, Israel memiliki kemampuan untuk melakukan serangan di situs nuklir Iran sedini mungkin.
Dia yakin Israel dapat dengan berhasil dan sukses menghancurkan fasilitas nuklir Iran. "Israel bisa saja berhasil menyerang program nuklir Iran besok, jika perlu, bukan hal sulit" kata Mayor Jenderal Tomer Bar dikutip laman Al Arabiya, Kamis (23/12/2021).
Baca Juga: Bergemuruh, Tank Anyar Iran yang Baru Diuji Coba Mungkin Cepat Lumpuhkan Israel
Bar diketahui baru diangkat menjadi Kepala Angkatan Udara Israel. Ia akan memimpin angkatan udara Israel pada April.
"Saya harus berasumsi itu akan terjadi di waktu saya, dan saya sudah memahami beratnya tanggung jawab," ujarnya.
"Tidak mungkin kami akan beroperasi di sana, seribu kilometer dari sini, dan saya akan kembali ke rumah tanpa bisa mengatakan 'Saya menyelesaikan misi,'" jelasnya menambahkan.
Sementara itu, Bar juga meyakini bahwa jika Israel menyerang Iran, milisi Syiah Lebanon yang didukung Teheran, Hizbullah, akan menyerang Tel Aviv. Oleh karena itu, Israel perlu mengantisipasi serangan Hizbullah ini.
"Saya harus berasumsi bahwa dia (Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah) akan secara otomatis masuk. 30 tahun dia telah menunggu perintah ini dan tidak mungkin dia tidak akan berada di sana dan dengan intensitas tertinggi," kata Bar. "Kita harus bersiap untuk ini."
Bar menekankan bahwa potensi perang ketiga dengan Lebanon akan menghasilkan kemenangan Israel. Tel Aviv kan memenangkan pertarungan dengan cepat.
"Bahkan Hizbullah, tidak tahu bagaimana membayangkan kekuatan kita. Mungkin mereka akan mencoba membawa pasukan khusus atau menembak di depan rumah, tetapi kami tidak lagi dalam skala ini. Kami menginginkan kemenangan yang jelas kali ini, dalam waktu yang lebih singkat dan dengan kerugian yang lebih sedikit," katanya.
Hubungan Iran dan Israel memanas dalam beberapa waktu terakhir. Ketegangan tetap berlangsung di tengah pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015k.
Amerika Serikat (AS) telah lama mengatakan bahwa jika diplomasi gagal dengan Iran, ia bersedia untuk beralih ke "rencana B", tanpa merinci. Sekutu Washington, Israel menjadi tidak sabar dan telah berulang kali mengumumkan sedang mempersiapkan serangan militer terhadap sasaran nuklir Iran.
Cegat nuklir Iran
Secara terpisah, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan bertemu dengan penasihat keamanan nasional Israel Eyal Hulata di Tel Aviv, Rabu (22/12/2021). Ancaman yang ditimbulkan Iran menjadi fokus pembahasan mereka.
“Delegasi (AS) membahas perlunya menghadapi semua aspek ancaman yang ditimbulkan Iran, termasuk program nuklirnya, aktivitas destabilisasi di kawasan, dukungan untuk kelompok proksi teroris,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.
Gedung Putih mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut Sullivan pun menjelaskan perkembangan terbaru dari pembicaraan pemulihan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang berlangsung di Wina, Austria.
“Para pejabat menegaskan bahwa AS dan Israel sejalan dalam tekad mereka untuk memastikan bahwa Iran tidak akan pernah mendapatkan senjata nuklir,” katanya.
Pembicaraan tentang pemulihan JCPOA yang telah berlangsung beberapa putaran di Wina belum menemui titik terang. Menurut Utusan Khusus AS untuk Iran Rob Malley, waktu negosiasi tersisa beberapa pekan. Setelah itu, tak ada lagi tujuan untuk mencoba menghidupkan kembali JCPOA.
Israel sendiri menghendaki agar AS tetap menerapkan sanksi keras terhadap Iran. Sejak perundingan pemulihan JCPOA dimulai, Israel sudah beberapa kali menyatakan kesiapannya melancarkan serangan ke Teheran. Tel Aviv bahkan menegaskan tidak akan tunduk pada butir-butir kesepakatan JCPOA.
JCPOA disepakati pada 2015 antara Iran dan negara kekuatan dunia, yakni AS, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia, serta Cina. Kesepakatan itu mengatur tentang pembatasan aktivitas atau program nuklir Iran. Sebagai imbalannya, sanksi asing, termasuk embargo terhadap Teheran, dicabut.
Namun JCPOA retak dan terancam bubar setelah mantan presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tersebut pada November 2018. Trump berpandangan JCPOA "cacat" karena tak turut mengatur tentang program rudal balistik dan peran Iran di kawasan.
Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sejak saat itu Iran tak mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto