Transformasi ekonomi mutlak diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Pemerintah sendiri bercita-cita dan menargetkan Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 mendatang.
Deputi Direktur Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Prijono mengungkapkan, Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam transformasi ekonomi agar visi Indonesia menjadi negara maju dapat tercapai.
"Pertama, dengan memperkuat sektor-sektor utama atau unggulan. Yang kedua adalah melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah," ujar Prijono dalam webinar bertajuk "Sharia Economic and Finance Outlook 2022: Making Indonesia as the Center of the World Sharia Economy” yang digelar Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat (24/12/2021). Baca Juga: Punya Peluang jadi Pusat Ekonomi Syariah, Indonesia Masuk 10 Besar Industri Halal
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab menurut Prijono, saat ini banyak negara di dunia yang menjadikan ekonomi dan keuangan syariah sebagai tulang punggung perekonomiannya, bahkan termasuk negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim.
"Sebut saja misalnya ada Australia yang bisa menghasilkan daging halal. kemudian di Brazil dengan unggasnya, kemudian yang keuangan syariah di negara-negara eropa. Ini menunjukkan ekonomi syariah sudah mendapatkan tempat tidak hanya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim," katanya.
Lebih jauh, dia menjelaskan, ekonomi syariah juga berpotensi dapat meningkatkan PDB Nasional hingga USD5,1 miliar per tahunnya. Hal ini berdasarkan laporan Indonesia Halal Market Report 2021/ 2022.
"Ekonomi halal indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan PDB nasional senilai USD5,1 miliar. Ini sekitar lebih dari Rp80 triliun, ini cukup besar sekali," pungkasnya.
Prijono bilang, untuk mencapai itu ada tiga hal yang dapat ditempuh. Pertama, mendorong pertumbuhan ekspor produk halal. Selanjutnya menarik investasi asing langsung/ Foreign Direct Investment (FDI), dan terakhir adalah substitusi impor.
"Untuk meningkatkan ekspor produk halal, Indonesia harus mengutamakan hubungan perdagangan dan jasa bernilai tinggi kepada negara-negara khususnya negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). ini pasarnya sangat besar sekitar USS3,8 miliar dari negara OKI dan nonOKI. Tentu BI bersama pemerintah, Kementerian/ Lembaga dan stakeholder juga yang trgabung dalam wadah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) terus bersinergi dan berkolaborasi mempercepat perkembangan ekonomi syariah," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Industri Produk Halal KNEKS Afdhal Aliasar mengatakan, guna mendukung hal tersebut, KNEKS akan memperkuat data industri produk halal melalui kerja sama dengan bea cukai untuk kodefikasi produk halal. Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing, Industri Keuangan Syariah Perlu Terobosan ini
"Jadi produk halal yang diekspor akan dikodefikasi sebagai produk yang bersertifikasi halal. selanjutnya kita akan membuka lebih lebar lagi impor data produk halal. jadi ada integrasi data produk halal dengan transaksi perdagangan ekspor/ impor," tukasnya.
Harapannya, dengan adanya integrasi data maka akan tercapai statistik produk halal yang lebih valid. "Dengan adanya statistik produk halal yang lebih baik pemerintah bisa membuat kebijakan yang lbh tepat sasaran. Tentu ini akan terlihat kontribusi besar Indonesia dalam global value chain dunia, kemudian supply chain dan keuangan syariah bisa berkolaborasi dengan baik," ucap Afdhal.
Sementara terkait webinar ini, Warta Ekonomi juga mengundang pemangku kepentingan terkait untuk berbagi pandangan, dan berdiskusi demi memajukan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Mereka adalah Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, Pandji P. Djajanegara; Direktur Bisnis Bank BJB Syariah, Koko T. Rachmadi; Deputy Chief Sales Officer Local Sales & Distribution and Senior Vice President Syariah Sompo Insurance, Ricky S. Natapradja; dan Direktur Business Operation Support Dompet Dhuafa, Prima Hadi Putra. Adapun webinar kali ini didukung oleh CIMB Niaga, Bank BJB Syariah dan Dompet Dhuafa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman