Direktur Jenderal WHO Bilang Varian Delta dan Omicron Membentuk Tsunami Corona
Prancis telah melaporkan 208.000 kasus COVID-19 baru dalam satu hari, yang merupakan rekor tertinggi yang dipicu oleh varian Omicron.
Saat mengumumkan angka kasus, Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran, juga membela rencana pemerintahannya yang hanya akan mengizinkan orang yang sudah divaksinasi penuh untuk bisa masuk ke tempat-tempat umum, seperti restoran, bioskop, gedung teater, museum, dan arena olahraga.
Baca Juga: Satgas: WHO Targetkan Pandemi Usai di 2022
Di Paris, masker akan kembali diwajibkan mulai Jumat besok (31/12/2021) dengan denda 135 euro (sekitar Rp2,2 juta) jika dilanggar.
Saat ini lebih dari dua dinyatakan positif COVID dalam setiap detik di Prancis, ujar Olivier.
Warga yang tidak divaksinasi "sangat kecil kemungkinannya kali ini untuk bisa lolos [dari COVID-19], karena virusnya menyebar terlalu cepat", tambahnya.
70 persen orang di unit perawatan intensif di rumah sakit umum Paris tidak divaksinasi.
Shoppers wearing face masksImage: Jika paspor vaksin disetujui, orang yang tidak divaksinasi tidak lagi bisa mengakses tempat-tempat umum yang memerlukan izin vaksin. AP: Michel Euler
Di Amerika Serikat, kasus COVID-19 juga kembali meningkat.
Jika di bulan Januari 2021 terdapat 250 ribu kasus per hari, maka kali ini rekor baru sudah tercetak dengan hampir 270 ribu pernularan per hari.
Angka kematian juga telah meningkat dalam dua minggu terakhir, dengan rata-rata sebanyak 1.500 kematian per hari, yang menjadi bukti jika vaksin bisa melindungi diri dari sakit parah akibat varian baru virus corona.
Sementara itu di China, kasus COVID-19 dilaporkan meningkat yang membuat kota Xian menerapkan 'lockdown' paling ketat selama pandemi.
Hingga sebelum perayaan Natal, jumlah kasus harian di kota Xian meningkat selama enam hari berturut-turut sejak 17 Desember, menurut laporan kantor berita Reuters
Pengumuman 'lockdown' juga memicu kepanikan warga yang memborong barang-barang.
Mereka yang panik mulai mendatangi toko-toko, meski Pemerintah China menjamin pasokan kebutuhan sehari-hari akan terus ditambah.
Sementara bagi warga lainnya, lockdown berarti mereka tak bisa berkumpul bersama keluarga.
"Saya merasa hancur karena tidak akan bisa pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru," tulis pengguna Weibo, Yi Yan Xian Che.
Negara Bolivia juga mencatat rekor tertinggi angka kasus harian yang mencapai lebih dari 4.900 orang.
Di Argentina kasus COVID-19 naik dua kali lipat menjadi 20.632 dan menjadi angka harian tertinggi dalam enam bulan terakhir.
A COVID-19 sign with the Sydney Harbour Bridge and Opera House in the background during lockdown.Image: Jumlah kasus COVID-19 di Australia juga naik, terutama di New South Wales yang sudah mencapai lebih dari 12 ribu kasus per hari. ABC News: Gavin Coote.
'Tsunami kasus' akibat Delta dan Omicron
Penyebaran varian Delta dan Omicron secara berbarengan akan menciptakan "tsunami kasus", kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia
"Delta dan Omicron sekarang menjadi ancaman kembar yang meningkatkan kasus hingga mencapai angka rekor baru, menyebabkan lonjakan angka rawat inap dan kematian," katanya.
"Saya sangat khawatir, Omicron, yang sangat menular dan menyebar seperti Delta, mengantarkan kita ke tsunami kasus COVID-19."
Dr Tedros mengulangi seruannya kepada negara-negara untuk berbagi vaksin secara lebih adi.
Ia juga memperingatkan progam 'booster' di negara-negara kaya dapat membuat negara-negara miskin kekurangan vaksin.
Dia mengatakan WHO berkampanye agar setiap negara bisa mencapai target cakupan vaksin 70 persen pada pertengahan 2022, yang akan membantu mengakhiri fase akut pandemi.
Malam Tahun Baru akan menandai dua tahun peringatan saat China memberitahu WHO soal 27 kasus "pneumonia virus" yang tidak diketahui asalnya di kota Wuhan, pada tahun 2019.
Lebih dari 281 juta orang di dunia telah tertular COVID-19 saat ini dan lebih dari 5 juta orang meninggal, menurut penghitungan Reuters.
Sementara itu Inggris telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari AU$195 juta untuk membantu negara-negara yang sedang kesulitan menangani wabah Omicron.
Uang tersebut nantinya akan dibelanjakan untuk berbagai keperluan yang membantu upaya mengurangi penularan, termasuk meningkatkan jumlah tes COVID-19 dan memperbanyak pasokan oksigen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto