Gelap Gulita Meliputi Lebanon Bikin Kepanikan dan Amarah Pecah, Ada Apa?
Gelap gulita meliputi Lebanon pada Sabtu (8/1/2022) malam setelah pengunjuk rasa menyerbu dan merusak pembangkit listrik utama di negeri itu.
Para pengunjuk rasa menyerbu pembangkit listrik utama di daerah Aramoun, 22 km dari Beirut.
Mereka merusak beberapa peralatan untuk mengamankan paosakn listrik untuk lingkungan mereka, mengakibatkan masalah yang mempengaruhi semua pembangkit listrik.
Para pengunjuk rasa mengklaim ada diskriminasi dalam pendistribusian listrik di Lebanon.
“Arus listrik tersedia untuk daerah-daerah di bawah otoritas Gerakan Patriotik Bebas, sementara itu sama sekali tidak ada di daerah-daerah yang dianggap sebagai lingkungan inkubator bagi lawan-lawan gerakan itu,” kata mereka
Pemilik generator listrik swasta di daerah Choueifat dekat Aramoun mengatakan bahwa pasokan listrik pada Minggu pagi kembali ke tingkat penjatahan yang sama di wilayah Lebanon.
Langkah ini disebutnya bisa memicu perpecahan yang lebih besar.
“satu jam di pagi hari dan satu jam lagi di malam hari adalah total energi listrik yang disediakan oleh Electricite du Liban (perusahaan listrik negara Lebanon) kepada orang-orang,” Nabih Al-Durra mengatakan kepada Arab News.
Sisanya disediakan oleh generator swasta, yang terlalu mahal bagi banyak orang dan juga menghadapi kesulitan.
Al-Durra mengatakan bahwa jumlah pelanggannya telah turun 25 persen karena orang tidak mampu membayar LBP 7.100 (sekitar Rp67 ribu) untuk satu kilowatt listrik.
Electricite du Liban mengatakan dalam pernyataannya bahwa beberapa pengunjuk rasa telah masuk ke pembangkit listrik Aramoun , membahayakan keselamatan pribadi mereka dan keselamatan pekerja stasiun.
Kegiatan mereka di pembangkit listrik menyebabkan gangguan pada jaringan listrik, yang pada gilirannya memutuskan semua pembangkit listrik di seluruh negeri, yang menyebabkan pemadaman nasional.
“Semua otoritas dan pasukan keamanan perlu melindungi semua fasilitas perusahaan dari serangan lain dan memulihkan kendali atas gardu di luar kendalinya," kata perusahaan itu.
Sementara itu Patriark Bechara Boutros Al-Rahi menegaskan kembali keprihatinannya pada hari Minggu atas krisis politik dan ekonomi saat ini.
“Tidak dapat diterima jika Kabinet tetap ditangguhkan, terutama karena kesepakatan apa pun dengan Dana Moneter Internasional memerlukan persetujuan Dewan Menteri secara keseluruhan,” katanya dalam khotbah Minggunya.
“Afiliasi Arab Lebanon selaras dengan alam sekitarnya dan interaksi peradaban Lebanon dan Arab sepanjang sejarah. Inilah yang menentukan keberadaannya, bukan konflik regional, atau proyek sektarian apa pun,” ucap pemimpin agama itu.
Dia berbicara saat nilai tukar dolar resmi menembus batas LBP 30.000 pada hari Minggu.
Pound Lebanon kehilangan sekitar 95 persen nilainya terhadap dolar sejak November.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: