Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei: Komposisi Ideologi Capres-Cawapres Miliki Andil Besar terhadap Tingkat Elektabilitas

        Survei: Komposisi Ideologi Capres-Cawapres Miliki Andil Besar terhadap Tingkat Elektabilitas Kredit Foto: Imamatul Silfia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Survei nasional yang dilakukan oleh Center for Indonesian Reform (CIR) dan Datasight Indonesia menunjukkan, komposisi ideologi dari calon presiden dan calon wakil presiden memiliki andil yang besar terhadap tingkat elektabilitas.

        Hal tersebut terlihat dari perbedaan elektabilitas capres ketika dipilih sebagai individu dan ketika dipilih sebagai calon berpasangan.

        Baca Juga: Dikalahkan Dedi Mulyadi, Golkar Jangan Paksakan Airlangga Maju, Capres Gak Layak Jual

        "CIR dan Datasight Indonesia coba menanyakan kepada responden nama-nama tokoh yang layak menjadi calon presiden dan wakil presiden. Selanjutnya, dari nama-nama tersebut, kami buat beberapa simulasi pasangan calon berdasarkan ideologi dan latar belakang dukungan sosial-politik masing-masing tokoh. Hasil surveinya ternyata menunjukkan perubahan elektabilitas yang beragam," ujar Direktur Datasight Indonesia Radhiatmoko dalam acara paparan hasil survei di Jakarta, Rabu (12/1/2022).

        Bila dilihat sebagai individu, Prabowo Subianto memiliki tingkat elektabilitas tertinggi dengan perolehan 21,8% dari hasil survei. Kemudian, disusul oleh Ganjar Pranowo (21,5%), Anies Baswedan (17,7%), Sandiaga Uno (7,2%), Ridwan Kamil (6,8%), Agus Harimurti Yudhoyono (3,3%), Puan Maharani (2,4%), Khofifah Indar Parawansa (2,4%), Eric Thohir (1,7%), Airlangga Hartarto (1,1%), dan Salim Segaf Al-Jufri (0,1%).

        Sementara untuk cawapres, elektabilitas tertinggi diperoleh Sandiaga Uno sebesar 19,2%. Menyusul Anies Baswedan (16,1%), Ridwan Kamil (9,1%), Ganjar Pranowo (7,0%), Khofifah Indar Parawansa (6,6%), Agus Harimurti Yudhoyono (5,8%), Erick Thohir (5,3%), Puan Maharani (4,1%), Salim Segaf Al-Jufri (1,7%), dan Airlangga Hartarto (1,6%).

        Kemudian, CIR dan Datasight Indonesia membuat sejumlah simulasi pasangan capres dan cawapres berdasarkan beberapa asumsi. Pertama, bila Pilpres 2024 diikuti tiga pasangan calon yang terdiri dari pasangan nasionalis, religius, dan nasionalis-religius.

        Dari asumsi tersebut, diperoleh hasil dukungan responden kepada calon nasionalis saja dan religius saja, yaitu Anies-Khofifah (34,8%), Prabowo-Puan (30,4%), dan Airlangga-AHY (9,9%). Bila pasangan terdiri dari tokoh nasionalis dan religius, perolehannya menjadi Sandi-AHY (27,7%), Ganjar-Salim (24,8%), dan Anies-Airlangga (24,4%). Sementara dengan komposisi nasionalis-religius, hasil yang didapatkan adalah Prabowo-Muhaimin (37,8%), Puan-Anies (20,0%), dan Airlangga-Salim (14,0%).

        Di sisi lain, bila Pilpres hanya diikuti dua pasangan calon, dari kelompok nasionalis dan religius dukungannya menjadi Anies-Airlangga (38,4%) dan Prabowo-Puan (36,5%). Sementara, bila pasangannya diubah, perolehannya menjadi Anies-Sandi (43,1%) dan Ganjar-Ridwan (36,6%). Adapun bila pasangan terdiri dari kalangan nasionalis-religius, didapatkan hasil Puan-Sandi (34,7%) dan Airlangga-Salim (28,4%).

        "Artinya, partai atau pun tokoh yang ingin maju sebagai calon presiden dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang harus memperhatikan betul latar belakang ideologi politik calon pasangannya. Karena kalau salah memilih, elektabilitasnya bisa terjun bebas," kata Radhiatmoko.

        Sebagai informasi, survei ini dilakukan dengan metode wawancara melalui telepon pada 6-9 Januari 2022. Total responden mencapai 1.200 yang dipilih dengan menggunakan teknik systematic random sampling berdasarkan database DPT 2019 yang pernah diwawancara Datasight Indonesia. Adapun margin of error sebesar kurang lebih 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: