Putin Tolong Dengerin, Dua Miliarder Oligarki Rusia Ini Teriak Minta Perang Dihentikan
Miliarder Rusia Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska telah memutuskan hubungan dengan Kremlin dan menyerukan agar diakhirinya perang Rusia di Ukraina.
Fridman, yang lahir di Ukraina barat, menulis dalam sebuah surat kepada staf bahwa dia ingin pertumpahan darah berakhir.
"Orang tua saya adalah warga negara Ukraina dan tinggal di Lviv, kota favorit saya. Tetapi saya juga telah menghabiskan sebagian besar hidup saya sebagai warga negara Rusia, membangun dan mengembangkan bisnis. Saya sangat terikat dengan orang-orang Ukraina dan Rusia dan melihat konflik saat ini sebagai tragedi bagi mereka berdua," tulis Fridman sebagaimana dikutip dari CNN Business di Jakarta, Rabu (2/3/22).
Baca Juga: Panik Takut Disita, Miliarder Oligarki Rusia Bergegas Pindahkan Kapal Pesiar Mewah Mereka
"Krisis ini akan merenggut nyawa dan merusak dua negara yang telah bersaudara selama ratusan tahun. Sementara solusi tampaknya sangat jauh, saya hanya dapat bergabung dengan mereka yang keinginan kuatnya adalah untuk mengakhiri pertumpahan darah," tambahnya dalam surat itu.
Fridman adalah ketua Alfa Group, konglomerat swasta yang beroperasi di Rusia dan negara-negara bekas Soviet yang mencakup produksi perbankan, asuransi, ritel, dan air mineral. Fridman memiliki kekayaan bersih USD11,4 miliar (Rp163 triliun), menurut Indeks Miliarder Bloomberg.
Miliarder itu juga ketua Alfa Bank, perusahaan jasa keuangan terbesar keempat di Rusia dan bank swasta terbesarnya. Bank Alfa pekan lalu terkena sanksi yang akan mencegahnya mengumpulkan uang melalui pasar AS.
Seruan Fridman untuk perdamaian digaungkan oleh Deripaska, seorang miliarder yang kaya raya di bisnis aluminium.
"Perdamaian sangat penting! Negosiasi harus dimulai sesegera mungkin!" Deripaska mengatakan hari Minggu dalam sebuah posting di Telegram.
Dia juga membahas situasi ekonomi dalam serangkaian posting pada hari Senin karena rubel runtuh dan pasar saham Rusia gagal dibuka untuk perdagangan.
"Saya benar-benar ingin klarifikasi dan komentar yang masuk akal tentang kebijakan ekonomi untuk tiga bulan ke depan," kata Deripaska.
Ia menambahkan keputusan bank sentral untuk secara dramatis menaikkan suku bunga dan memaksa perusahaan untuk menjual mata uang asing adalah ujian pertama siapa yang akan benar-benar menjadi pemenang membayar perjamuan ini.
"Perlu untuk mengubah kebijakan ekonomi, [kita] perlu mengakhiri semua kapitalisme negara ini," tambahnya.
Deripaska muncul dari perebutan aset yang kacau setelah runtuhnya Uni Soviet dengan kekayaan besar, yang diperkirakan Forbes mencapai USD28 miliar (Rp402 triliun) pada 2008. Pada 2018, ia dikenai sanksi oleh Amerika Serikat karena dianggap sebagai oligarki yang tidak memisahkan diri dari negara Rusia.
Oligarki Rusia menghadapi kekacauan ekonomi dan hukuman oleh Barat setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya ke Ukraina pekan lalu. Amerika Serikat dan sekutunya termasuk Inggris telah menanggapi dengan menargetkan orang-orang kaya yang dekat dengan Kremlin dengan sanksi.
Amerika Serikat bahkan menargetkan keluarga oligarki yang menjadi langkah baru guna mengikis dukungan untuk Putin di kalangan elit Rusia. Pekan lalu, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada putra dua pejabat terdekat Putin.
"Elite yang dekat dengan Putin terus memanfaatkan kedekatan mereka dengan Presiden Rusia untuk menjarah negara Rusia, memperkaya diri mereka sendiri, dan mengangkat anggota keluarga mereka ke beberapa posisi kekuasaan tertinggi," kata Departemen Keuangan saat mengumumkan sanksi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: