Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Barat Wanti-wanti RI hingga Ancam Boikot Terkait Rusia Akan Hadiri G20, Ini Tanggapan Pemerintah

        Barat Wanti-wanti RI hingga Ancam Boikot Terkait Rusia Akan Hadiri G20, Ini Tanggapan Pemerintah Kredit Foto: Rena Laila Wuri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Negara Barat disebut merasa keberatan jika perwakilan Rusia hadir di rangkaian KTT G20 tahun ini yang ada dalam kepemimpinan Indonesia. Seruan untuk memboikot agenda G20 presidensi Indonesia tahun ini semakin kencang dihembuskan pemimpin dan tokoh negara-negara Barat. 

        Menanggapi kabar tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia akan menyikapi dengan hati-hari ancaman Amerika Serikat (AS) yang akan memboikot sejumlah pertemuan G20 bila Rusia hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tersebut. 

        Baca Juga: Ditunjuk Sebagai Jubir Pemerintah dalam G20, Maudy Ayunda Blak-blakan Soal Tugas dan Perannya

        “Tentu saja ini kami akan membutuhkan suatu kebijakan yang penuh kehati-hatian kita sebagai Presidensi akan merespons seperti apa,” kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi, di Jakarta, Kamis(7/4/2022). 

        Pemerintah menilai untuk  ketegangan Rusia dan Ukraina juga menjadi topik yang penting dibahas dalam suatu forum. Namun, hal itu perlu waktu. 

        “Jadi isu Rusia dan Ukraina tentu saat ini sedang kita dalami, dan kemudian akan kami sampaikan dalam forum lain ketika waktunya sudah sampai,” ujar Dedy. 

        Dia menekankan bahwa kapasitas Indonesia pada perhelatan G20 adalah memfasilitasi. Indonesia memfasilitasi pertemuan antarnegara G20 termasuk Rusia. 

        Baca Juga: Demi Melindungi Tenaga Kerja, Kemnaker Mendukung Pelaksanaan EWG G20

        “Pada prinsipnya Indonesia memfasilitasi, kita sebagai Presidensi memfasilitasi ke-19 negara, satu Uni Eropa, dan organisasi internasional yang hadir untuk bersama-sama berdiskusi di dalam Forum G20,” pungkasnya. 

        Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan bakal menghadiri perhelatan G20 di Bali, Indonesia. Kabar tersebut muncul di tengah desakan negara barat untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20. 

        Muncul kabar tersebut, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) yang juga pernah menjadi calon Presiden AS, Hillary Clinton. Ia menyebut tidak diundangnya Putin menjadi suatu simbol tekanan terhadapnya yang telah memerintahkan serangan ke Ukraina. 

        Baca Juga: Waspadai Rusia, Negara-negara Sekutu Berlomba Modernisasi Persenjataan Tempur

        “Saya tidak akan membiarkan Rusia kembali ke organisasi yang telah menjadi bagiannya,” kata Clinton dikutip dari NBC News, Rabu (6/4/2022). 

        “Saya tidak akan mengizinkan Rusia untuk hadir. Dan jika mereka bersikeras untuk benar-benar muncul, saya berharap akan ada boikot yang signifikan, jika tidak total,” 

        “Satu-satunya cara kita akan mengakhiri pertumpahan darah dan teror yang kita lihat dilepaskan di Ukraina dan melindungi Eropa dan demokrasi adalah dengan melakukan segala yang kita bisa untuk membebankan biaya yang lebih besar kepada Putin,”tambah wanita yang juga istri mantan Presiden AS Bill Clinton itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: