Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tumbuh Signifikan, Mark Dynamics Siapkan Aksi Korporasi dan Incar Masuk LQ45

        Tumbuh Signifikan, Mark Dynamics Siapkan Aksi Korporasi dan Incar Masuk LQ45 Kredit Foto: Taufan Sukma
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Mark Dynamic Indonesia Tbk (MARK) merupakan produsen cetakan sarung tangan yang memiliki sejumlah customer pemain besar sarung tangan di berbagai negara seperti malaysia,Thailand hingga China. 

        Partner bisnis MARK itu juga bisa dibilang saham blue Chip nya di Bursa Efek Malaysia. Begitu juga di Thailand ada perusahaan bernama Sri Trang yang bisa dikatakan masuk dalam kategori LQ45 nya bursa Thailand. 

        Beberapa perusahaan Client berkelas MARK antara lain  Artalega, Bluesail, INTCO, Halyard, Kossan, DPL, Vietglove, VRG Khai Hoan JSC dan ZhonGhong Pulin.

        Tercatat meski di tengah pandemi margin dari industri sarung tangan itu bisa menyentuh 100%.  Secara garis besar rencana bisnis untuk 5 tahun kedepan perseroan mencanangkan rencana akuisisi perusahaan-perusahaan baru atau menggandeng strategic partner.  Namun saat ini baru masuk ke tahap awal di kalangan internal. 

        “Perseroan mengincar perusahaan-perusahaan yang bisa menguntungkan untuk menopang pertumbuhan margin dan profit. Kemungkinan Mark Dynamic akan mengakuisisi perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan,” kata Ridwan Goh kepada Media, Selasa (12/4/2022).

        Baca Juga: Laba Bersih Mark Dynamics Melonjak 172% Jadi Rp392 M, Begini Kata Sang Dirut

        Ridwan menambahkan,  Mark Dynamics (MARK) saat ini sedang menyusun rencana pengembangan bisnis berkelanjutan dengan mencari investor strategis dari foreign untuk melakukan placement atau aksi korporasi. “Kita planningnya sebagai  refloatnya 40 persen, benefit lagi buat tax & redaction dan liquidity karena jika tanpa adanya liquidity maka fund manager tidak mau masuk,” jelasnya.

        Ditambahkan Ridwan, jangka panjang jika suatu saat akan melakukan ekspansi terutama anorganik perseroan tidak menggunakan uang atau cash owner lagi tetapi bisa memanfaatkan investor.

        Diperkirakan pemegang saham pengendali MARK  akan melakukan placement sekitar 20% kepemilikan sahamnya kepada publik atau investor lain dengan perkiraan pelaksanaan menggunakan harga pasar. Di sisi lain untuk investor publiknya MARK ditargetkan bertumbuh hingga menjadi 10.000 investor, dimana saat ini investor publik Mark Dynamics baru 4.000.

        Baca Juga: Pengelola Starbucks Hingga Adidas Ini Berhasil Balikan Rugi Ratusan Miliar Jadi Untung

        Perseroan lanjut Ridwan, menargetkan untuk tahun ini bisa masuk dalam Indeks Kompas 100 dan untuk berikutnya IDX30. Hal ini bukan mustahil bagi MARK lantaran capaian saat ini likuiditas yang memadai dan market cap yang cukup besar dengan target jangka menengah bisa masuk LQ45.

        Adapun pada saat IP pertama kali di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017 market cap dari Mark Dynamic hanya Rp250 miliar. Saat ini sudah melonjak sangat signifikan menjadi sekitar Rp5 triliun seiring dengan kinerja keuangan yang terus membaik setiap tahunnya. Dahulu MARK hanya membukukan laba sekitar Rp40 miliar namun tahun 2021 telah membukukan laba Rp392,15 miliar.

        Pertumbuhan tahun ini secara optimis ditargetkan tetap naik double digit. Torehan itu tak terlepas dari ekspansi bisnis yang dilakukan pada tahun 2021 dengan pembangunan pabrik ketiganya. Mark Dynamic di tengah pandemi mampu merekrut sekitar 1000 tenaga kerja baru dengan standar pelatihan khusus yang dilakukan untuk melakukan full capacity pada pabrik tersebut.

        Saat IPO Mark Dynamics (MARK) mengantongi dana segar sekitar Rp40 miliar dengan pelepasan 20% saham.

        Sebagai gambaran, produksi cetakan sarung tangan yang dibuat MARK akan terus meningkat dikarenakan setiap perusahaan yang memproduksi sarung tangan akan terus memperbaharui cetakannya setiap 9 bulan sekali sehingga produksi Mark Dynamics akan terus berjalan.

        Dijelaskan Ridwan, Cost of Goods Sold (COGS)  atau harga pokok penjualan (HPP) adalah hal yang sangat penting untuk  dilakukan. “Perhitungan ini mencakup semua biaya yang terlibat dalam penjualan produk. Mark Dynamics  menyatakan COGS untuk bahan baku sekitar 50% dan Manpower 30 hingga 35% dan energi sekitar 10 hingga 15%,’ ungkapnya

        Hingga saat ini Mark Dynamic memiliki jumlah karyawan sebanyak 3000 orang dengan dominasi perempuan sekitar 80%. Alasan perseroan memilih perempuan adalah untuk menjaga kualitas cetakan yang harus melalui proses kualiti control berulang kali demi menjaga kepercayaan customer dan menyesuaikan dengan standar Internasional sehingga memiliki nilai value yang sesuai dengan standar internasional.

        Adapun untuk utilisasi tanah, Mark Dynamic baru menggunakannya sekitar 45% sedangkan land bank yang dimiliki saat ini dimiliki sekitar 10 hektar yang bisa dimanfaatkan untuk membangun dua hingga tiga pabrik baru jika dibutuhkan dalam waktu mendatang. Ridwan  menambahkan, dengan rendahnya alokasi capex tahun ini perseroan bisa fokus untuk menuai hasil kinerjanya setelah ekspansi di tahun lalu dan bisa dimanfaatkan untuk keperluan Manpower. 

        Mengenai kebutuhan gas untuk keperluan produksi di pabrik, Mark Dynamic memerlukan  gas sekitar  20.000 MMBTU (Million British Thermal Unit) per bulan untuk 3 pabrik. Bahkan.  jika dikalkulasi secara pertahun perseroan merogoh kocek sekitar Rp50 hingga Rp60 miliar  untuk biaya gas. Untuk pasokan kebutuhan gas itu, jika terjadi kendala yang menyebabkan terganggunya proses produksi, perseroan telah mengantisipasinya dengan menggunakan gas alam cair atau LNG. 

        “Untuk menyiasati hal tersebut perseroan  bisa menggunakan LNG namun dengan biaya yang lebih mahal, “ tutup Ridwan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: