Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terapkan ESG, Mark Dynamics Rela Investasi Besar Buat Sulap Limbah Jadi Produk Bernilai Jual

Terapkan ESG, Mark Dynamics Rela Investasi Besar Buat Sulap Limbah Jadi Produk Bernilai Jual Kredit Foto: Mark Dynamics Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), produsen dan eksportir cetakan sarung tangan (hand former) ini menyatakan bakal menambah kapasitas produksi sanitari seiring dengan penambahan mesin Inggris.

Ekspansi bisnis MARK ini merupakan rencana perseroan untuk menggenjot diversifikasi bisnis sekaligus mengolah limbah cetakan sarung tangan berbasis keramik itu. Perihal pengolahan limbah ini, MARK berencana mengembangkan praktik Environmental, Social, dan Governance (ESG). 

“Kami berencana menambah mesin pencetak sanitari yang sudah kami pesan dari Inggris yang dibeli senilai Rp 10 miliar. Nantinya kapasitas produksi sanitari akan menjadi 30 ribu unit per bulan dari sebelumnya 12 ribu unit per bulan. Penambahan kapasitas produksi sanitari ini untuk mengoptimpalkan sisa bahan baku hand former,” ujar Ridwan Goh, Direktur Utama MARK dalam keterang resmi di Jakarta, Senin (30/5/2022).

Baca Juga: Melonjak 80,41 Persen, Laba Mark Dynamics Capai Rp125 Miliar di Kuartal I 2022

Pembelian mesin sanitari ini merupakan bagian dari belanja modal (capital expenditure/capex) MARK di 2022 senilai Rp 20 miliar. MARK memproduksi sanitasi berupa kloset jongkok (squat pan) yang bahan bakunya sebagian berasal dari sisa bahan baku (waste) produksi cetakan sarung tangan.

Anak perusahaan MARK lainnya, PT Berjaya Dynamics Indonesia, mendistribusikan produk sanitari ini. Perseroan pada 2020 mengakuisisi Berjaya Dynamics Indonesia dan mengempit saham sebesar 99,69%.

Ridwan Goh menyampaikan penambahan mesin produk sanitari ini merupakan ikhtiar perseroan untuk mengintegrasikan praktik terbaik (best practices) ESG. 

Alasan lainnya, MARK berencana menambah kapasitas produksi cetakan sarung tangan menjadi 2 juta unit per bulan jika pemesanan dari pembeli kian meningkat.

“Pada 2021, kapasitas produksi hand former sebanyak 1,5 juta unit per bulan. Di tahun ini, perseroan berpeluang menambah produksi sebanyak 2 juta unit setiap bulannya. Nah, sisa bahan baku dari penambahan produksi ini akan kami olah menjadi produk sanitari. Maknya, kami membeli mesin dari Inggris untuk menambah produksi sanitari di semester II tahun ini,” ucap Ridwan Goh.

Baca Juga: Kuasai 40% Pangsa Pasar, Mark Dynamics Yakin Kinerja Masih Bakal Tumbuh di 2022

Perseroan menjual sanitari ini di Sumatera Utara. Sanitari ini berjenama (merek) Dyna. Harga ritel sanitari ini berkisar Rp 110-130 ribu/unit. Ke depannya, lanjut Ridwan Goh, MARK akan memperluas jangkauan pasar ke daerah lainnya. Rencana ekspansi ini berpotensi menambah pendapatan perseroan. 

“Aspek lainnya adalah kami bisa mengolah sisa bahan baku menjadi menjaga kelestarian lingkungan hidup lantaran sisa bahan baku cetakan sarung tangan diolah kembali menjadi produk bernilai tambah. Kami bertekah meningkatkan prinsip ESG agar bisnis berkesinambungan MARK berdampak positif terhadap bisnis, lingkungan hidup, dan masyarakat,” tutur Ridwan Goh.

Perseroan menyadari pentingnya keseimbangan antara ruang publik, perusahaan, dan masyarakat lingkungan sekitar sebagai salah satu syarat terciptanya lingkungan yang sehat, bahagia untuk seluruh masyarakat.

Keberadaan Perseroan di lokasi produksi alat kesehatan, yakni sarung tangan, tidak sebatas mencari keuntungan (profit). Namun juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people) di sekitar sekaligus secara bersamaan turut menjaga keasrian lingkungan serta kelestarian alam (planet) dari dampak atau limbah perusahaan. Perseroan juga menyikapi dengan melakukan diversifikasi bisnis produk sanitari dan mengolah ulang limbah.

Perihal daur ulang limbah, MARK mengolah air di instalasi Water Treatment Process (WWT) untuk mengolah ulang penggunaan air. Jadi, air dari sisa proses produksi dialirkan ke dalam WWT ini.  Air yang yang telah melalui proses pemurnian kemudian difiltrasi ulang dan melalui porses sinar ultra violet/UV, kemudian diuji sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah yang berdasarkan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup. Air yang sudah diolah ini dipergunakan kembali ke proses produksi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: