Terus melambungnya harga minyak dunia akibat permasalahan geopolotik di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan menimbulkan dampak positif maupun negatif untuk PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan lonjakan harga minyak dunia selama beberapa bulan terakhir sangatlah berpengaruh terhadap harga minyak di Indonesia.
Hal tersebut tak terlepas dari harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) yang juga mengikuti harga minyak dunia, Nicke mengatakan bahwa rata-rata daripada harga ICP sebesar 2 dolar di bawah harga brent.
Baca Juga: Guna Tekan Kebocoran Subsidi BBM, Aparat Maupun Pemda Harus Turut Bantu Pertamina
"Kalau kita lihat ini realisasinya sangat jauh dibandingkan dengan apa yang ditargetkan di dalam APBN maupun di dalam RKAP Pertamina di 2022, dan kita juga memproyeksi ke depan, kalau hari ini di Juli di sekitar US$139, di akhir tahun pun diduga juga belum turun banyak, masih kita prediksi di sekirar US$127 untuk yang dated brent maupun yang produk jadi baik crude maupun produk itu masih belum bisa turun banyak," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (6/7/2022).
Nicke mengatakan, kondisi geopolitik global yang menimbulkan lonjakan harga minyak mentah dunia dan kenaikan harga produk. Dari sisi hulu, ini good news.
"Ini bagi kita ada dua sisi tentang kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan harga produk, kalau dari sisi hulu ini good news bagi Pertamina karena kalau masalah harga ini juga kita ikut naik sesuai harga dunia demikian juga untuk kilang," ujarnya.
Lanjutnya, ketika selisih antara minyak mentah dan BBM selama ini berada di kisaran US$6, hari ini sudah US$32-36, bahkan sebulan lalu sampai ke angka US$52.
"Jadi bagi kilang ini good oportunity karena bisa meningkatkan revenue-nya," ungkapnya.
Sedangkan untuk sisi hilir, juga berdampak sangat tingggi karena 93 persen dari cost of good solve daripada BBM Indonesia adalah minyak mentah.
"Pertamina sebagai integrated energy company dari hulu ke hilir kita melihatnya semacam subsidi silang, tahun 2021 kinerja yang dihasilkan oleh pertamina ini dihasilkan dari hulu karena hilirnya negatif dan ketika ditotal alhamdullilah kita masih positif," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti