Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Putin Kantongi Banyak Materi untuk Berdialog dengan Erdogan dan Raisi

        Putin Kantongi Banyak Materi untuk Berdialog dengan Erdogan dan Raisi Kredit Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov
        Warta Ekonomi, Moskow -

        Iran menerima kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (19/7/2022). Agendanya diduga untuk memperdalam hubungan dengan negara besar regional sebagai bagian dari respons terhadap Amerika Serikat dan Eropa.

        Di ibu kota Iran, Presiden Ebrahim Raisi dan Presiden Recep Tayyip Erdogan adalah pemimpin yang siap berdialog dengan Putin. Ketiga pemimpin akan membahas soal masalah mendesak yang dihadapi kawasan itu, termasuk konflik di Suriah dan proposal untuk melanjutkan ekspor gandum Ukraina untuk meringankan krisis pangan global.

        Baca Juga: Gara-gara Hal Ini, Iran Bilang Joe Biden Kampanyekan Iranofobia di Timur Tengah

        "Iran adalah pusat diplomasi dinamis," tulis Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian di Twitter.

        Amirabdollahian menegaskan, pertemuan itu akan mengembangkan kerja sama ekonomi, fokus pada keamanan kawasan melalui solusi politik dan memastikan keamanan pangan.

        Penasihat Urusan Luar Negeri Putin Yuri Ushakov menyebut, Iran mitra penting bagi Rusia pada Senin (18/7/2022). Dia mengatakan negara-negara itu memiliki keinginan untuk membawa hubungan mereka ke tingkat kemitraan strategis yang baru.

        Dalam kunjungan kelima ke Teheran, Putin akan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Menurut Ushakov, pertemuan akan mengedepankan dialog saling percaya.

        Selain itu, Putin akan mengadakan pembicaraan dengan Raisi mengenai isu-isu termasuk kesepakatan nuklir 2015 dengan Rusia adalah penandatangan utamanya. Para pemimpin bertemu di Moskow pada Januari dan bulan lalu di Turkmenistan.

        Fokus pembicaraan di antara ketiga presiden tersebut adalah konflik yang telah berlangsung selama satu dekade di Suriah, di mana Iran dan Rusia telah mendukung pemerintah Presiden Bashar Assad, sementara Turki telah mendukung faksi-faksi oposisi bersenjata.

        Rusia melakukan intervensi dalam konflik pada tahun 2015, menyatukan upaya dengan militan Hizbullah Lebanon dan pasukan Iran dan menggunakan kekuatan udaranya untuk menopang militer Assad yang masih muda dan pada akhirnya membalikkan keadaan yang menguntungkannya.

        Ushakov mengatakan para pihak akan membahas upaya untuk mendorong penyelesaian politik. Sementara Erdogan diperkirakan akan mengambil fokus pada serangan militer baru di Suriah utara untuk mengusir pejuang Kurdi Suriah yang didukung AS dari perbatasannya.

        Operasi tersebut merupakan bagian dari rencana Turki untuk menciptakan zona aman di sepanjang perbatasannya dengan Suriah. Sedangkan Rusia, menurut Ushakov, sangat menentang serangan Turki yang direncanakan.

        Masalah kemanusiaan di Suriah juga menjadi fokus sejak Rusia menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB pekan lalu. Hasil itu memaksa pembatasan pengiriman bantuan kepada 4,1 juta orang di barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak setelah enam bulan, bukan satu tahun.

        Pembicaraan untuk mencabut blokade Rusia dan memasukkan biji-bijian Ukraina ke pasar global juga akan menjadi agenda dalam pembicaraan trilateral.

        Pekan lalu, pejabat PBB, Rusia, Ukraina, dan Turki mencapai kesepakatan memastikan ekspor 22 juta ton biji-bijian yang sangat dibutuhkan dan produk pertanian lainnya yang terperangkap di pelabuhan Laut Hitam Ukraina akibat pertempuran tersebut.

        Pertemuan Putin dan Erdogan kali ini dapat membantu membersihkan rintangan yang tersisa. Tindakan ini akan menjadi langkah besar untuk mengurangi krisis pangan yang telah membuat harga komoditas vital seperti gandum dan jelai melonjak. 

        Pertemuan ini menjadi upaya yang berbeda mengingat posisi Ankara dan Moskow yang saling berselisih. Anggota NATO itu telah berhadapan dengan Rusia dalam konflik berdarah di Azerbaijan, Libya, dan Suriah.

        Baca Juga: Bertempat di Rival Amerika, Putin Lakukan Perjalanan Luar Negeri Langka buat Temui Erdogan dan Raisi

        Meski begitu, Ankara belum memberlakukan sanksi terhadap Moskow, menjadikannya mitra yang sangat membantu. Rusia bergulat dengan inflasi yang tak terkendali dan mata uang yang terdepresiasi dengan cepat, Turki juga bergantung pada pasar Rusia.

        Pertemuan itu juga memiliki makna simbolis bagi pandangan domestik Putin, memamerkan pengaruh internasional Rusia bahkan ketika terisolasi dan terjun lebih dalam ke konfrontasi dengan Barat. Kondisi ini terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel dan Arab Saudi.

        Dari Yerusalem dan Jeddah, Biden mendesak Israel dan negara-negara Arab untuk mendorong kembali pengaruh Rusia, China, dan Iran. Itu adalah penjualan yang sulit mengingat Israel memelihara hubungan baik dengan Putin, suatu keharusan mengingat kehadiran Rusia di Suriah, tetangga timur laut Israel dan sering menjadi sasaran serangan udaranya.

        Sedangkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sejauh ini menolak untuk memompa lebih banyak minyak di luar rencana yang disetujui oleh aliansi energi dengan Rusia. Namun semua negara dapat sepakat untuk mendekat untuk melawan Iran, yang telah dengan cepat memajukan program nuklirnya.

        Anggota komite berpengaruh parlemen Iran tentang keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Fadahossein Maleki menggambarkan  Rusia sebagai mitra paling strategis Iran. Komentarnya menyangkal permusuhan puluhan tahun yang berasal dari pendudukan Rusia atas Iran selama Perang Dunia II.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: