Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kinerja SCG Tumbuh di Tengah Tekanan Inflasi, Lonjakan Harga Energi, hingga Perubahan Iklim

        Kinerja SCG Tumbuh di Tengah Tekanan Inflasi, Lonjakan Harga Energi, hingga Perubahan Iklim Kredit Foto: Dok. SCG.
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        SCG menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang positif di Q2/2022 dan H1/2022 dengan prospek keuangan yang kuat, meskipun terdapat lonjakan biaya energi yang berdampak pada perolehan laba perusahaan. 

        Presiden & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash, mengungkapkan bahwa SCG terus beradaptasi untuk memperkuat posisi bisnis dan kinerja keuangan di tengah krisis global akibat inflasi, kenaikan suku bunga, peningkatan harga bahan baku dan energi, serta perubahan iklim dunia.

        "Inovasi produk dan layanan terus dilakukan, khususnya produk ramah lingkungan dengan label SCG Green Choice, memenuhi keamanan dan kenyamanan pelanggan, dan memenuhi kebutuhan sektor pariwisata seiring batas negara yang mulai dibuka," pungkas Roongrote, Senin, 1 Agustus 2022.

        Menurut laporan keuangan Q2/2022, SCG mencatat pendapatan sebesar Rp63,56 triliun (US$4,43 miliar), stabil secara qoq dan meningkat 14% secara yoy berkat peningkatan penjualan di seluruh lini bisnis dan kenaikan harga produk di pasaran. Laba yang terhimpun mencapai Rp4,14 triliun (US$289 juta), turun 42% yoy akibat kenaikan harga minyak dunia dan penurunan pendapatan ekuitas pada lini bisnis bahan kimia (chemicals). Namun, secara qoq laba meningkat 12% berkat pendapatan dividen dari bisnis investasi. Sementara itu, pendapatan dari penjualan paruh pertama tahun 2022 mencapai Rp130,54 triliun (US$9,04 miliar), tumbuh 19% secara yoy.

        Untuk operasional SCG di ASEAN, kecuali Thailand, pada Q2/2022, SCG mencatat pendapatan penjualan meningkat 78% yoy atau sebesar Rp17,94 triliun (US$1,23 miliar), setara 28% dari total pendapatan penjualan SCG. Data ini termasuk penjualan dari operasional di ASEAN dan impor dari Thailand.

        Per 30 Juni 2022, total aset SCG mencapaiRp380,20 triliun (US$25,59 miliar), sedangkan total aset SCG di ASEAN (kecuali Thailand) adalah Rp171,71 triliun (US$11,55 miliar) atau 45% dari total aset konsolidasi SCG.

        Di Indonesia, total aset SCG mencapai Rp 51,46 triliun (US$ 3,46 miliar), meningkat 14% y-o-y terutama dari bisnis kemasan (packaging) dan bahan kimia (chemicals). Perusahaan melaporkan pendapatan penjualan Q2/2022 sebesar Rp5,63 triliun (US$ 387 juta), meningkat 4% y-o-y, yang didominasi dari lini bisnis SCGP (FajarPaper and Intan Group).

        Roongrote manambahkan, saat ini ekonomi global sangat tidak dapat diprediksi. SCG mengamati situasi dan menyelaraskan operasinya lewat  lima strategi berikut.

        1) Menekan biaya dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif dengan mengadopsi teknologi manufaktur yang efisien, mengurangi limbah, dan meningkatkan proporsi energi alternatif seperti biomassa dan tenaga surya. Saat ini, konsumsi energi alternatif SCG mencapai 16,4%.

        2) Pengembangan High Value Added Products & Services (HVA) secara berkelanjutan. Contoh inovasi bahan kimia (chemicals), yaitu Post-Consumer Recycled Resin (PCR) tanpa bau dan berkualitas tinggi untuk kemasan ramah lingkungan pada produk yang memerlukan retensi aroma tertentu. Selain itu, terdapat terobosan inovasi pembersih udara dari SCG HVAC Air Scrubber yang meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dengan pengurangan asupan udara luar sehingga menghemat 20-30% biaya listrik. Dalam inovasi konstruksi, CPAC Green Solution, menggunakan teknologi untuk menciptakan desain dan layanan konstruksi untuk solusi pertanian dan solusi pom bensin. Sementara dalam inovasi kemasan (packaging), SCG menciptakan kemasan makanan Fest Chill berbahan kertas, yang dilapisi peelable film yang bisa didaur ulang karena dapat terurai secara organik sehingga cocok untuk layanan pesan antar. 

        3) Meningkatkan likuiditas keuangan dengan pengelolaan modal yang baik, memastikan persediaan yang mampu memenuhi permintaan pasar, dan kredit penjualan yang diawasi secara ketat. Selain itu, obligasi digital SCGP akan diterbitkan pada 1 Agustus 2022.

        4) Strategi investasi yang penuh kehati-hatian, meninjau kembali rencana investasi, menunda proyek baru yang tidak mendesak, dan menargetkan proyek pengembalian cepat yang selaras dengan strategi pertumbuhan SCG. Baru-baru ini, SCGP memperluas bisnis Peute Recycling B.V., produsen daur ulang kemasan terbesar di Belanda, serta berinvestasi di Imprint Energy Inc. AS dalam bisnis pembuatan baterai. 

        5) Mengakselerasi implementasi ESG 4 Plus (Menetapkan net-zero – Go green – mengurangi kesenjangan – kolaborasi, dan transparansi dalam keseluruhan operasi). Pada H1/2022, penjualan inovasi produk ramah lingkungan di bawah label SCG Green Choice mencapai 153.240 miliar Thai Baht (THB), atau setara 50% dari total pendapatan penjualan.

        SCG fokus mengurangi kesenjangan sosial akibat dampak dari krisis ekonomi. Setidaknya pada H1/2022, terdapat proyek sosial yang mengakomodir 4.366 peserta meliputi tiga aspek penanganan. Pertama, meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai program pengembangan seperti ilmu wirausaha, karir bagi penyandang disabilitas, renovasi rumah, dan keterampilan lainnya yang dibutuhkan generasi muda. Kedua, meningkatkan keterampilan kontraktor untuk stabilitas pekerjaan. Ketiga, memperluas kesempatan kerja seperti memberikan kredit bagi kontraktor untuk mempermudah pembelian material konstruksi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: