Dampak proses produksi minyak nabati termasuk minyak sawit terhadap polusi tanah dan air menjadi salah satu sorotan masyarakat, khususnya NGO lingkungan. Hal ini lantaran penggunaan teknologi pupuk dan pestisida pada proses budi daya menghasilkan residu pada tanah maupun air. Namun, apakah dengan kondisi "Dunia Tanpa Sawit" membuat polusi air dan tanah dunia menjadi berkurang?
Melansir laporan PASPI pada Selasa (9/8), volume produksi tiga minyak nabati dunia tahun 2020 ialah minyak sawit sekitar 83,7 juta ton; minyak kedelai sebesar 58,7 juta ton; dan minyak rapeseed sebesar 27,3 juta ton. Dengan produksi tersebut diperkirakan polutan dari ketiga minyak utama dunia tersebut sebesar 2,5 juta ton pupuk Nitrogen (N); 1,8 juta ton pupuk Fosfor (P2O5); dan 1,6 juta ton pestisida.
Baca Juga: BPDPKS Promosi Sawit Baik Lewat Seni Ludruk
Berdasarkan hasil studi PASPI, jika skenario "Dunia Tanpa Sawit", secara proporsional produksi minyak kedelai harus meningkat menjadi 100,6 juta ton dan minyak rapeseed juga perlu ditingkatkan menjadi 69,2 juta ton agar dapat menutupi minyak sawit yang berhenti berproduksi. Produksi minyak kedelai dan minyak rapeseed tersebut menyebabkan polutan Nitrogen meningkat menjadi 3,9 juta ton atau meningkat sebesar 56 persen.
Polutan Fosfor juga meningkat menjadi 3,2 juta ton atau meningkat 71 persen. Polutan yang dihasilkan dari penggunaan pestisida juga meningkat menjadi 2,9 juta ton atau meningkat sebesar 81 persen.
"Dengan demikian, sangat jelas bahwa segala upaya untuk menyingkirkan minyak sawit dari pasar dunia seperti labelisasi Palm Oil Free atau rencana RED II Uni Eropa terkait phase out minyak sawit akan berdampak pada peningkatan pada polutan/emisi Nitrogen, Fosfor, dan Pestisida yang cukup signifikan," catat laporan PASPI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: