Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi Pusing Subsidi BBM Bikin APBN Membengkak: Kalau Terus Dilakukan, Uangnya dari Mana?

        Jokowi Pusing Subsidi BBM Bikin APBN Membengkak: Kalau Terus Dilakukan, Uangnya dari Mana? Kredit Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memicu protes dari banyak kalangan. Meski demikian, nampaknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) tegas akan keputusan itu. Ia juga punya alasan kuat memutuskan kenaikan harga BBM yang dinilai sebagian pihak menyengsarakan rakyat.

        Jokowi mengatakan, saat ini anggaran subsidi BBM telah meningkat hingga lebih dari 3 kali lipat dari Rp152 triliun menjadi Rp502,4 triliun. Subsidi ini hanya digunakan untuk 23 juta kiloliter Pertalite dan juga 15,2 juta kiloliter solar hingga awal Oktober nanti. Sedangkan, sampai Desember nanti, kebutuhan BBM pun diperkirakan menjadi 20,1 juta kiloliter untuk Pertalite dan 17,4 kiloliter untuk Solar.

        Baca Juga: Nggak Cuma Indonesia yang Susah Gegara Kenaikan Harga BBM, Jokowi Blak-blakan: Bahkan di Beberapa Negara Rp30 Ribu

        "Sehingga, akan muncul lagi tambahan kebutuhan subsidi sebesar Rp195 triliun. Artinya total kalau kita lakukan itu bisa sampai Rp700 triliun, uangnya dari mana? Enggak mampu APBN kita," ujar Jokowi saat rapat terbatas pembahasan pengendalian inflasi dengan seluruh kepala daerah secara hybrid di Istana Negara, Jakarta, Senin (12/9/2022).

        Jokowi menyebut, kenaikan harga BBM ini tak hanya dialami di Indonesia saja, tapi juga beberapa negara lainnya. Menurut dia, harga BBM di beberapa negara lain pun saat ini sudah mencapai di angka Rp17 ribu hingga Rp30 ribu. Bahkan, harga gas di Eropa juga mengalami kenaikan hingga 6-7 kali lipat.  

        Baca Juga: DPR Sibuk Ngurusin Ultah Mbak Puan Maharani saat Rakyat Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Gebrak: Rakyat Menderita, Wakil Rakyat Pesta!

        Karena itu, lanjutnya, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Jokowi pun meminta pemerintah daerah turut membantu masyarakat terdampak kenaikan harga BBM ini. Akibat kenaikan harga BBM, inflasi pun diperkirakan akan meningkat 1,8 persen.

        "Oleh sebab itu, saya minta gubernur, bupati, wali kota agar daerah bersama pemerintah pusat kerja bersama-sama seperti saat kita bekerja secara serentak dalam mengatasi Covid, saya yakin insya Allah bisa kita lakukan sehingga inflasi di tahun ini kita harapkan bisa dikendalikan di bawah lima," jelas Jokowi.

        Jokowi meminta agar daerah menggunakan dua persen dari dana transfer umum untuk membantu masyarakat dalam bentuk subsidi transportasi. Misalnya, daerah bisa memberikan bansos kepada nelayan, angkutan umum, dan juga kepada para pelaku UMKM untuk membeli bahan baku yang mengalami kenaikan harga.

        "Bentuknya bisa bansos, terutama pada rakyat yang sangat membutuhkan, nelayan misalnya harian menggunakan solar, ini bisa dibantu dengan mensubsidi mereka, ojek misalnya ini juga menggunakan BBM bisa di bantu dari subsidi ini," ujar dia.

        Baca Juga: Pembelian BBM Bersubsidi di Palangkaraya Dibatasi, Ini Besarannya

        Selain menggunakan dua persen dari dana transfer umum, anggaran dari belanja tidak terduga juga bisa digunakan untuk pemberian subsidi inflasi. Jokowi mencontohkan, daerah bisa membantu biaya transportasi untuk komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti bawang maupun telor.

        "Belanja tidak terduga ini bisa digunakan untuk bantu biaya transportasinya," ucap Jokowi.

        Baca Juga: Dampak Kenaikan BBM, Bogor Naikkan Tarif Angkot Maksimal Rp2 Ribu

        Jokowi yakin, jika seluruh daerah dapat menggunakan anggaran yang ada, maka akan mampu menahan kenaikan inflasi dampak dari kenaikan harga BBM.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: