Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mampu Pangkas 'Middle Man', Ganjar Apresiasi Gapoktan Tani Subur

        Mampu Pangkas 'Middle Man', Ganjar Apresiasi Gapoktan Tani Subur Kredit Foto: Pemprov Jateng
        Warta Ekonomi, Semarang -

        Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melihat praktik Gapoktan Tani Subur di Desa Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, yang mampu menampung dan mengolah hasil panen dari delapan kelompok tani. Praktik tersebut ternyata mampu memangkas middle man atau perantara dalam distribusi beras.

        “Dulu pernah saya kunjungi, Gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual. Tidak banyak middle man-nya, perantaranya nggak ada,” kata Ganjar, seusai mengunjungi Gapoktan Tani Subur.

        Gapoktan Tani Subur sudah mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir. Misal dari hulu ada pendampingan dari penyuluh dan Dinas Pertanian, baik provinsi maupun kabupaten. Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah Kendal, untuk menutupi kekurangan pasokan produksi beras.

        Sisi penjualan juga bagus karena mampu menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang. Termasuk, menyasar para pegawai negeri sipil. Gapoktan itu sudah menyediakan beras siap jual dengan kemasan yang cukup bagus.

        “Di sini langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa. PNS saja beli. Artinya sebenarnya dari ujung sana sampai ujung sini sudah ada jaminan. Nah kalau model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada,” ungkap Ganjar, didampingi Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari.

        Melalui manajemen itu, katanya, Gapoktan Tani Subur mampu memberikan kepastian kepada para petani terkait hasil panen. Khususnya, delapan kelompok tani di pesisir Rawa Pening yang menjadi anggota Gapoktan.

        “Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota, bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses itu. Tinggal manajemennya diperbaiki lagi agar lebih efisien. Harapannya, dari kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi,” jelasnya.

        Ditambahkan, sejauh ini, dari delapan kelompok tani di Desa Tambakboyo itu, luas lahan pertanian padi mencapai 110 hektare. Rata-rata tiap satu hektare menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering. Sementara untuk proses penggilingan, Gapoktan Tani Subur mampu menggiling padi sebanyak 1,5 ton per hari.

        “Tadi mereka butuh rice mill yang gede lagi kapasitasnya, vertical dryer atau pengering kira-kira Rp300juta. Itu bisa kredit pakai KUR, plafonnya bisa sampai Rp 500juta, suku bunganya rendah cuma enam persen, maka kita bisa ajari itu,” tandas Ganjar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: