Masih Ada Ancaman Nyata, Sri Mulyani Tetap Waspada Walau Kegiatan Ekonomi Indonesia Baik
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kegiatan ekonomi Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang positif jika dilihat dari mobilitas masyarakat yang sudah berada di atas level pandemi. Namun, ia juga menegaskan bahwa Indonesia tetap perlu mengantisipasi kemungkinan terjadinya pelemahan kinerja perekonomian dunia akibat tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga.
Bendahara negara tersebut juga menyampaikan, distribusi kinerja Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur secara global mengalami penurunan dari 51,1 ke 50,3. Namun bila dilihat pada negera G20 dan ASEAN-6, hanya sejumlah 24% negara yang aktifitas PMI nya mengalami akselerasi dan ekspansi atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sejumlah negara tersebut termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam, dan Arab Saudi.
Baca Juga: Waspada Bahaya Resesi Tahun 2023, Ini Penjelasan Sri Mulyani!
“Namun, 32 persen yaitu negara-negara seperti Amerika, Jepang, India, Malaysia, Brazil Australia, Singapura, dan Afrika Selatan 32 persen PMI-nya mengalami perlambatan, atau kondisinya turun levelnya dari bulan sebelumnya. Dan bahkan 40 persen negara-negara ini, yaitu Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Korsel, Kanada, Meksiko, Spanyol, dan Turki, sekarang PMI sudah masuk kepada level kontraksi. Artinya mayoritas melambat dan kontraktif,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (26/9/2022).
Selain itu, kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan bulan Agustus 2022 juga semakin membaik, yaitu tumbuh hingga 5,4%.
“Indonesia sampai dengan semester 1 Tahun 2022 ini, level dari GDP kita sudah 7,1% di atas level sebelum terjadinya pandemi. Ini berarti kita sudah recover dari sisi level ekonominya. Namun negara seperti Meksiko, Thailand, dan Jepang, GDP levelnya hari ini masih di bawah pre pandemi level. Artinya mereka sama sekali belum pulih,” ujarnya.
Perbaikan kinerja ekonomi Indonesia tentunya tidak lepas dari dukungan di berbagai sektor, diantaranya kinerja ekspor yang cukup impresif, sehingga mencatatkan surplus pada neraca perdagangan mencapai US$5,76 miliar hingga Agustus 2022.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Banyak Orang Kaya Nikmati Subsidi BBM
“Export sekali lagi membukukan kenaikan yang cukup impresif. Kita lihat di bulan Agustus bahkan mencapai US$27,9 miliar. Ini tertinggi dalam sejarah kita,” ungkap Sri Mulyani.
Kemudian, dari sisi penjualan ritel Indonesia juga tercatat cukup kuat pertumbuhannya di angka di 5,4%, indeks PMI ekspansif di angka 51,7, pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 24,1%, pertumbuhan pada sektor industri sebesar 11,2%, serta pertumbuhan pada kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan, juga Mandiri Spending Indeks yang menunjukkan level optimis.
Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga internasional berada pada level antara 5,1% hingga 5,4% untuk tahun 2022.
Baca Juga: Jika Tidak Jadi Menteri Keuangan, Sri Mulyani Ngaku Ingin Jadi Chef
“IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 5,3, Bank Dunia di 5,1, ADB 5,4, dan Bloomberg konsensus forecast di 5,2. Untuk tahun depan masih relatif stabil. IMF memprediksikan perekonomian Indonesia di 5,2, Bank Dunia di 5,3, ADB masih di 5,0, dan Bloomberg forecast konsensus di 5,0. Ini menggambarkan bahwa confidence dan juga kinerja dari perekonomian Indonesia dianggap cukup resilience terhadap kemungkinan terjadinya perlemahan ekonomi global. Ini tentu sesuatu yang positif tapi perlu kita jaga,” ungkapnya.
Capaian itu tentunya tidak lepas dari kinerja positif Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai pondasi utama dalam mengantisipasi ketidakpastian perekonomian global, serta dampak inflasi.
Baca Juga: Sri Mulyani Memohon kepada DPR untuk Segera Restui PMN Garuda Senilai Rp7,5 Triliun
“Kondiisi inilah yang terus akan kita monitor dan tentu kita kelola untuk tidak berimbas terlalu besar pada perekonomian dalam negeri dan juga pada kinerja dari APBN kita. APBN terus akan bekerja sangat keras untuk melindungi masyarakat dan perekonomian, serta melindungi APBN sendiri dari guncangan guncangan yang terjadi akibat gejolak yang terjadi di pasar keuangan Global, pasar komoditi, maupun geopolitik,” pungkas Sri Mulyani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar