Beda Blusukan Puan Maharani dan Anies Baswedan, Merakyat Itu Tak Bisa Berpura-pura: Harus Memakai...
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga mengatakan sejumlah strategi untuk mendapatkan hati masyarakat telah diluncurkan oleh sejumlah pihak menjelang Pilpres 2024.
Salah satunya adalah blusukan. Namun hal tersebut sudah kehilangan daya tarik dan kepopulerannya seperti yang dilakukan oleh Joko Widodo (Jokowi).
"Namun belakangan ini pendekatan blusukan terkesan kehilangan magnetnya. Sebagain rakyat sudah tidak lagi menilai pendekatan itu sebagai cermin merakyatnya sang pelaku," katanya.
Kendati begitu, menurutnya, pendekatan blusukan masih bisa dapat mendongkrak popularitas dan elektabilitas bagi figur-figur yang menjadi bakal calon presiden (capres). Caranya yakni melakukan blusukan dengan hati.
"Hal itu juga hendaknya dilakukan secara kontinu, tidak hanya saat mendekati Pilpres. Masalahnya, apakah Bacapres itu melakukan blusukan dengan hati dan kontinu?" tuturnya.
Ia kemudian mencontohkan blusukan yang dilakukan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Menurutnya, Puan terkesan melakukan blusukan belum menggunakan pendekatan menggunakan hati.
"Kalau melihat blusukan yang dilakukan Puan Maharani, kesannya belum menggunakan pendekatan hati. Puan juga baru belakangan ini intens melakukan blusukan. Karena itu, sebagian masyarakat akan memaknai blusukan Puan hanya bagian untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya," tuturnya.
Ia lantas membandingkan dengan apa yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, Anies melakukan blusukan dengan menggunakan hati.
"Anies selain sudah rutin melakukan hal itu selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, tapi ia juga melakukannya dengan hati," ujarnya.
Dirinya mengatakan mantan menteri pendidikan itu selalu mendapatkan atensi yang kuat saat melakukan blusukan.
"Karena itu, setiap Anies melakukan blusukan selalu mendapat respons yang luar biasa. Di sini Anies masih memperoleh magnet dari blusukan untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya," sambungnya.
Untuk diketahui, beredarnya video Puan Maharani yang tengah membagikan kaos di kerumunan warga mengundang perhatian publik. Pasalnya, dalam video cuplikan pemberitaan stasiun televisi nasional itu, ekspresi wajah Puan dinilai cemberut oleh warganet saat melemparkan kaos-kaosnya.
Menanggapi video tersebut, pegiat media sosial sekaligus pengamat politik Jhon Sitorus menyebut Puan lahir di tengah kemewahan. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Jhon Sitorus melalui akun Twitternya Selasa (27/9/2022).
Pada unggahannya di akun Twitter @miduk17, Jhon Sitorus membagikan video Puan yang tengah membaikan kaus kepada warga.
"Merakyat itu tak bisa berpura-pura, wajah asli itu akan keluar begitu situasi membuat tak nyaman," tulis John Sitorus.
"Bagaimana mau merakyat bila lahir di tengah kemewahan dan nama besar? Bagaimana mau merasa nyaman bila tak pernah memulai dari bawah bersama rakyat?" imbuhnya.
Lebih lanjut dia menyarankan Puan untuk beristirahat sejenak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar