Lestarikan Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Bahasa Baku di Media Sosial
Penggunaan bahasa baku ketika berkomunikasi di dunia digital menimbulkan dilematis. Setiap individu dapat dikatakan harus menggunakannya, tapi tidak wajib memakainya untuk menunjukkan etika bermedia digital.
Kabid Humas RTIK Kabupaten Blitar, Dian Triwiyono, mengatakan bahasa baku perlu digunakan karena Bahasa Indonesia mulai tergerus di tengah kemajuan teknologi informasi. Sekarang ini generasi mudah lebih memilih menggunakan bahasa pergaulan.
Baca Juga: Bukan PUEBI, Badan Bahasa Pakai EYD di Edisi Kelima Ejaan Bahasa Indonesia
"Bahasa pergaulan seperti lo atau gue rasanya kurang pas kalau digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua," kata Dian saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu (12/10/2022).
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.
Baca Juga: Sambut Hari Kemerdekaan, Solve Education Gulirkan Kompetisi Guru Bahasa Inggris Melek Teknologi
Netizen cakap digital tentu harus memahami etika bermedia digital. Setiap individu perlu menyadari pentingnya netiket atau tata krama berinternet sehingga selalu menggunakan kata-kata baik dan sopan ketika berkomunikasi di ruang digital.
Menurut Dian, pemilihan kata-kata juga ditentukan lawan bicara di dunia digital. Misal penggunaan cuk yang biasa digunakan orang Surabaya ketika berkomunikasi dengan teman dekat.
"Tergantung kita berkomunikasi dengan siapa. Kalau dengan orang yang sudah kenal, sudah biasa, hal seperti itu wajar," kata Dian.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital.
Baca Juga: Hindari Kata Ambigu dalam Berkomentar di Media Sosial
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Surabaya, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.
Baca Juga: Fitur-Fitur Media Sosial Mudahkan Saran Promosi Bisnis
Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Head of Creative Visual Brand Hello Monday Morning dan UMKM Investor, Andry Hamida. Kemudian Kabid Humas RTIK Kabupaten Blitar, Dian Triwiyono, serta mengundang Key Opinion Leader (KOL) dan Public Figure, Fanny Fabriana.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas