Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BPIP: Penerapan Ideologi Pancasila Disdik Jabar Bisa Jadi Percontohan Nasional

        BPIP: Penerapan Ideologi Pancasila Disdik Jabar Bisa Jadi Percontohan Nasional Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menilai bahwa penerapan ideologi Pancasila Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) bisa dijadikan percontohan nasional. BPIP pun mengapresiasi Disdik Jabar dalam membumikan ideologi Pancasila di kalangan pelajar.

        Apresiasi disampaikan langsung Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan BPIP RI, Dr Baby Siti Salamah, dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi Pengajar Pendidikan dan Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila di Mercure Hotel, Jalan Lengkong, Kota Bandung, Jumat (21/10/2022).

        Baca Juga: Kurang Sopan Santun Saat Gunakan Media Sosial, Netizen Indonesia Harus Terapkan Nilai Pancasila

        Baby menilai, implementasi pembumian ideologi Pancasila yang konsisten diterapkan di kalangan pelajar SMA/SMK/SLB di Jabar patut dicontoh oleh provinsi lainnya di seluruh Indonesia di tengah ancaman budaya luar yang mengancam ideologi Pancasila. "Sangat bisa jadi pilot project karena itu mesti dielaborasi dan di-endorse ke daerah-daerah lain agar meniru yang bagus," katanya.

        Baby menyebutkan, upaya Disdik Jabar yang menerapkan penggunaan pakaian adat di kalangan pelajar SMA/SMK/SLB patut diacungi jempol. Menurutnya, upaya tersebut menjadi salah satu perwujudan nilai-nilai Pancasila.

        Oleh karena itu, dalam diklat ini, pihaknya juga menegaskan kepada para tenaga pengajar untuk mengenakan pakaian adat minimal sekali dalam sepekan, termasuk membiasakan memakai salam-salam di daerahnya masing-masing, semisal salam sampurasun di Jabar. "Kalau nggak kita yang membanggakan terus siapa? Lama-lama budaya kita tuh punah loh," tegasnya.

        Selain itu, BPIP juga mengapresiasi penyelenggaraan Festival Mustikarasa oleh Disdik Jabar. Melalui Festival tersebut, para pelajar dikenalkan sejak dini dengan beragam menu masakan khas Indonesia yang dapat menambah kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

        Seperti diketahui, Mustikarasa merupakan buku kumpulan resep masakan dari berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke di Indonesia. Buku tersebut lahir atas gagasan Proklamator Republik Indonesia IR Soekarno dan buku yang diterbitkan tahun 1967 oleh Departemen Pertanian.

        Dalam Festival Mustikarasa yang digelar Disdik Jabar beberapa waktu lalu, peserta yang melibatkan pelajar SMP, SMA/SMK dan guru saat itu bebas memilih menu dari daerah mana saja. Menariknya, saat proses memasak peserta diwajibkan menggunakan pakaian adat. Alhasil, festival tersebut memecahan Rekor MURI Festival Mustikarasa dengan membuat 1221 Masakan Indonesia Warisan Ir Sukarno secara virtual.

        "Bagus, keren! Kami berharap daerah-daerah yang menginspirasi seperti Jawa Barat bisa menularkan ke daerah-daerah lain," katanya.

        Dia menilai, saat ini banyak masyarakat yang sudah melupakan kearifan lokal sebagai warisan budaya bangsa sebagai dampak masuknya pengaruh budaya luar.  Fenomena tersebut menurutnya memprihatinkan. "Upaya Disdik Jabar yang konsisten membumikan Pancasila lewat pakaian daerah, Festival Mustika Rasa, dan lainnya patut diapresiasi dan dicontoh daerah lain," kata Baby.

        Berkenaan dengan kegiatan diklat, ia menuturkan kegiatan yang diikuti 100 tenaga pengajar selama empat hari itu diisi pemberian beragam materi, di antaranya pendidikan kurikulum radikalisme. Bahkan, dalam acara pembukaan dan penutupan diklat, seluruh peserta diharuskan mengenakan pakaian adat atau pakaian bernuansa daerah.

        Baca Juga: Cegah Penyebaran Konten Negatif di Internet dengan Landasan Budaya Pancasila

        "Itu supaya masyarakat mulai mengenal kembali kekayaan ragam daerah. Makanan juga sedapat mungkin kami minta di tempat-tempat penyelenggaraan menyediakan makanan lokal," ungkapnya.

        Selain itu, para peserta juga diwajibkan membawa alat-alat ekspresi budaya lantaran dalam diklat tersebut ada permainan-permainan yang akan ditampilkan oleh para tenaga pengajar. "Itu bagus sekali sehingga mereka bisa mencontoh cara-cara belajar yang menyenangkan, ikut nyanyi-nyanyi, nari, dengan alat musik. Nanti disampaikan kepada murid," ungkapnya.

        Adapun Kepala Disdik (Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi, mengatakan bahwa pihaknya menyampaikan inovasi 7 harkat yang merupakan kepanjangan dari tujuh hari berkarakter bagi siswa. Hari Senin untuk wawasan kebangsaan, Selasa (wawasan global), Rabu (literasi dan lingkungan hidup), Kamis (wawasan lokal atau budaya), Jumat (sehat jasmani rohani), Sabtu (rumahku istanaku), Minggu (berkunjung dan berbagi).

        "Itu adalah implementasi-implementasi yang diharapkan. Sangat nyambung karena pada saat nanti implementasi di siswa kita ingin mencoba menebar kebaikan. Baik yang telah kita upayakan di siswa Mustikarasa, ada pakaian beragam budaya, akan kita lampirkan," kata Dedi.

        Dedi pun mengapresiasi langkah BPIP yang hendak kembali menghidupkan penggunaan pakain adat di lingkungan sekolah. Selain mengenal beragam budaya sendiri, penggunaan pakaian adat juga ikut mendongkrak ekonomi masyarakat dimana banyak tempat penyewaan pakaian adat jadi ramai pengunjung.

        "Dengan ada kegiatan siswa yang menyewa pakaian baju adat, menjadi hal yang ditunggu-tunggu bagi mereka," ujarnya.

        Ke depan, Disdik Jabar memastikan akan kembali menghadirkan momen istimewa siswa-siswi di Jabar mengenakan pakaian adat. Pasalnya, apa yang sudah dilakukan selama ini dinilai sangat positif. "Kita akan hadirkan di seluruh sekolah di Jabar," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: