'Amerika jadi Biang Kerok Utama', Pakar Kuak Kekuatan Besar Rusia yang Disiapkan Selama 8 Tahun
Aktor utama yang menyebabkan perang di Libya, Suriah, dan Ukraina adalah sama yakni Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, kata pakar geopolitik Dina Sulaeman
"Yang menarik, semua aktornya itu masih sama. Di Libya, Muammar Gaddafi digulingkan dan menyebabkan perang berkepanjangan, tapi perusahaan minyak di sana (Libya) masih tetap berjalan," kata Dina dalam kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, dikutip Warta Ekonomi.
Baca Juga: Gelontorkan Hampir Rp600 Triliun buat Ukraina, Pentagon Malah Ogah Beri Rincian
Begitu pula Suriah, kata Dina, terus mendapat tekanan dari AS secara tidak langsung karena melalui para sekutunya di Negara Teluk.
"Suriah seperti itu, kenapa mereka terus diganggu Amerika Serikat lewat proksinya, proksinya itu negara-negara di teluk yang kemudian membiayai jihadis untuk menggulingkan pemerintahan Suriah," ujarnya.
Dina menekankan, pergolakan politik hingga perang yang terjadi di Suriah tetap akan terus dijalankan misinya oleh AS karena kaitannya dengan sekutu lainnya, yakni Israel.
"Nah, pemerintahan Suriah adalah pemerintahan Arab terakhir yang tetap bertahan tidak mau berdamai dengan Israel ... Bahkan tetap menyuplai senjata kepada Gaza," tegas Dina.
Yang perlu dipahami, ia menambahkan, kebijakan luar negeri AS sudah sangat jelas yaitu "keamanan Israel adalah keamanan Amerika Serikat" juga.
"Jadi, ketika Israel dalam posisi terancam terutama dari negara tetangga yang berbatasan langsung itu, Suriah mendukung perjuangan bersenjata bangsa Palestina, yang buat Israel itu adalah ancaman," tutur pakar geopolitik itu.
"Amerika kemudian berusaha menggulingkan pemerintahan Suriah ya lewat proksi itu tadi," tegasnya.
Yang terjadi sekarang di Ukraina juga tidak jauh berbeda, kata Dina. Ia mengatakan bahwa AS mempunyai tujuan jelas ingin menundukkan Rusia.
"Di luar dugaan, Amerika gagal. Tujuh bulan Rusia lebih kuat dari yang dibayangkan oleh Amerika ... mengembargo Rusia tapi efeknya justru lebih keras ke Amerika sendiri," imbuhnya.
Menurut Dina, Rusia sudah bersabar selama delapan tahun. Puncaknya terjadi pada 2014 ketika Viktor Yanukovych presiden Ukraina saat itu dikudeta yang membawa mimpi buruk kepada Ukraina sendiri.
Baca Juga: Rusia akan Bikin LGBTQ Susah Hidup, Pelanggar bakal Terima Hukuman Pedih!
"Dari sini perang sipil terjadi. Yang terburuk ketika orang-orang Ukraina membantai orang-orang etnis Rusia di Donbass," jelasnya.
Namun yang paling penting, tambahnya, Rusia mampu mempersiapkan semuanya tanpa sama sekali terdeteksi oleh AS.
"Rupanya persiapan di berbagai lini yang tidak terdeteksi Amerika dan dapat bertahan adalah karena kadaulatan pangan seperti gandum dan kedaulatan energi seperti gas," kata Dina.
"Kuncinya Rusia itu adalah di kedaulatan pangan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto