Analis memperkirakan bahwa harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang telah menguat dalam beberapa minggu terakhir akan bertahan pada level saat ini dalam waktu dekat. Hal ini diakibatkan adanya faktor musiman, harga yang lebih kompetitif dibandingkan harga minyak kedelai, kinerja ekspor yang baik, ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, dan penghentian sementara pungutan ekspor CPO Indonesia.
Kepala Riset CGS-CIMB Securities Malaysia, Ivy Ng Lee Fang dalam The Edge Markets mengatakan harga CPO lebih baik dari level terendah tahun ini, namun harga tidak cukup kuat di semester pertama ketika nilai saham perkebunan menguat akibat harga CPO menguat. Analis juga memperkirakan bahwa penguatan harga CPO seminggu ini diakibatkan adanya diskon pada harga minyak sawit serta munculnya kekhawatiran tentang ketersediaan pasokan CPO.
Baca Juga: Turun Nih, Segini Harga CPO Domestik di Senin Terakhir November 2022
“Banjir di Kalimantan membuat para pengamat khawatir pasokan CPO ke pasar akan terpengaruh. Selain itu, sebelumnya ada kekhawatiran persediaan yang tinggi di Indonesia, tetapi kekhawatiran tersebut tampaknya berkurang karena kebijakan ekspor negara tersebut telah dilonggarkan,” kata Ivy, dilansir The Edge Markets.
Ivy mencatat bahwa ekspor CPO Indonesia saat ini tetap lebih kompetitif daripada Malaysia, menyusul pembebasan pungutan kelapa sawit yang diperpanjang selama harga referensi CPO tetap di bawah US$800 (RM 3.795,20) per ton. Perlu diketahui, stok minyak sawit Indonesia pada September menjadi 4.025 ribu ton yang relatif sama dengan stok akhir bulan Agustus sebesar 4.036 ribu ton.
Baca Juga: Megawati Dibuat Tak Berkutik, Rizal Ramli Ungkap Rahasia Jokowi Menjadi Presiden: Dia Berani Main...
“Nampaknya Indonesia telah mampu mengurangi stok dengan baik. Meskipun itu berdampak pada kinerja perdagangan CPO Malaysia,” kata Ivy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar