Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nggak Pakai Rem! Rocky Gerung Blak-blakan Sebut Buzzer Sangat Melekat dengan Jokowi: Sudah Tak Punya Akses dengan Rakyat!

        Nggak Pakai Rem! Rocky Gerung Blak-blakan Sebut Buzzer Sangat Melekat dengan Jokowi: Sudah Tak Punya Akses dengan Rakyat! Kredit Foto: Instagram/Rocky Gerung
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menjelang akhir masa jabatan di Periode kedua, rekam jejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode memimpin mulai disorot kembali, salah satunya menjamurnya buzzer/buzzerp.

        Hal ini disinggung oleh Pengamat Politik Rocky Gerung yang terang-terangan menyinggung lekatnya rezim Jokowi dengan apa yang disebut sebagai pendengung alias Buzzer.

        Baca Juga: Anies Baswedan Bukan Orang Indonesia Asli Jadi Nggak Bisa Nyapres, Omongan Rocky Gerung Bikin Auto Mingkem: Siapa Orang Indonesia Asli?

        “Memang kata buzzer kan khas punya Jokowi kan. Kan nggak ada buzzer PDIP, PDIP buzzer-nya ya kadernya sendiri, Demokrat ada buzzer nggak ada, buzzer Demokrat adalah kader sendiri, PKS juga gitu. Semua partai buzzer-nya adalah kadernya sendiri. Nah, Pak Jokowi adalah buzzer-nya itu  outsource itu, itu bedanya" ujar Rocky melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official yang juga bersama Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN) dikutip Rabu (30/11/22).

        Baca Juga: Pentolan Relawan Terang-terangan di Depan Jokowi Mau Perang dengan Kubu Lawan, Refly Harun Nggak Main-main: Maksudnya Apa?!

        Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut juga menggambarkan buzzer layaknya sebuah perisai yang tebal.

        Bahkan saking tebalnya perisai buzzer ini, Rocky menilai Jokowi sudah tidak lagi atau paling tidak minim akses ke masyarakat. Hal ini karena menurut Rocky Jokowi hanya mendengar dengungan para buzzer.

        “Saking tebalnya perisai itu, Pak Jokowi nggak punya akses lagi dengan rakyat. Jadi Pak Jokowi hanya ingin dengar apa yang oleh buzzer dirumuskan sebagai hal yang baik buat Jokowi," ucap Rocky.

        Rocky menilai buzzer di lingkup istana bukan lagi menjalankan tugasnya untuk mendengungkan atau mempromosikan nilai dan gagasan yang diyakini sosok atau lembaga yang dibela.

        Baca Juga: Kabar 'Buruk' Bagi Jokowi, Anies Baswedan Punya Kekuatan yang Nggak Main-main! Rocky Gerung Blak-blakan Soal Lawan: Siapapun Calon Jokowi...

        Rocky menganggap buzzer lingkup istana justru malah sibuk menyerang dibandingkan menjalankan fungsi yang seharusnya. Hal ini menurut Rocky membuat Demokrasi di Indonesia menjadi buruk.

        “Yang lebih bahaya buzzer itu menyerang bukannya mempromosikan. Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi makin marah makin galak buzzer itu makin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya.

        Baca Juga: Balas Dendam Seperti yang Diterima Gatot Berpotensi Terjadi di Acara Kaesang, Dugaan Rocky Gerung Tajam: Surya Paloh Tahu Jokowi Ingin…

        "Akhirnya buzzer memberi opini publik menguasai surveyor segala macem disewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi ini buzzer," sambungnya.

        Karenanya, Rocky menganggap publik akan mengingat buzzer sebagai bagian dari rezim Jokowi.

        Baca Juga: Benny Pentolan Relawan Jokowi yang Mau 'Perang' Mohon Siap-siap! Tantangan Mulai Diseriusi Pihak Lawan: Ayo Kami Siap, Tolong Jadwalkan!

        Baca Juga: Kalau Anies Baswedan Serius Mau Menang, Sosok Ini Disebut Tepat Dijadikan Cawapres, Siapa?

        “Perbuzzeran itu adalah hal yang biadab dalam politik karena makan di mana saja lalu menyerang kiri kanan dan sering tanpa nama, jadi pengecut juga. Jadi itu yang akan diingat orang selain proyek yang gagal dari Pak Jokowi, Buzzer itu berkembang biak di era Jokowi dan hanya di era Jokowi,” jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: