Analis politik, Arifki Chaniago menyebutkan ada beberapa alasan mengapa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tidak menjadi 'bintang' di HUT ke-50 PDIP, Selasa (10/1/2023) lalu.
Diketahui sebelumnya, Ganjar Pranowo memang hadir dalam acara tersebut namun posisi duduknya berada di barisan ketiga bersama kader-kader biasa.
Diketahui Ganjar sebelumnya kerap masuk dalam tiga besar nama calon presiden (Capres) yang memiliki elektabilitas tinggi.
Pertama menurut Arifki, Ganjar berkemungkinan tidak masuk dalam skema capres yang dipersiapkan oleh Megawati di tahun 2024
"Megawati menyebut trah Soekarno, Puan dan memperkenalkan anak-anak Puan ke peserta HUT PDIP," ujar Arifki.
Kedua, ia menangkap Megawati seperti serius untuk memikirkan trah Soekarno sebagai capres-cawapres di 2024 dan mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di internal PDIP.
Dengan membuka jalan untuk trah Soekarno, Arifki memprediksi sinyal kepemimpinan PDIP selanjutnya bakal ke anak-anaknya.
"Ketiga, dengan keluarnya nama Ganjar di kelompok-kelompok relawan politik dan beberapa partai politik menjadi masalah dalam skema organisasi PDIP," lanjutnya.
Ganjar adalah kader PDIP tetapi namanya lebih dulu keluar di partai lain. Secara organisasi, Ganjar dinilai mendesak PDIP dengan menggunakan relawan dan tangan partai lain agar mendeklarasikan dirinya sebagai capres.
“Pendekatan relawan yang mendesak PDP agar mendeklarasikan Jokowi di tahun 2014 mungkin saja efektif karena posisinya saat itu sebagai oposisi. Namun, saat ini posisi PDIP adalah partai penguasa. Seharusnya siapa calon yang bakal diusung oleh PDIP tentu tidak terlalu masalah, karena PDIP punya infrastruktur politiknya," tutur direktur eksekutif Aljabar Strategic ini.
Sayangnya, ia melihat munculnya Ganjar di PDIP tidak menjadi kejutan seperti yang terjadi pada Jokowi.
"Sehingga banyak menilai Ganjar meniru pola yang dilakukan oleh Jokowi,” imbuh Arifki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty