Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Heboh Bentrokan Berdarah di Morowali, Anwar Abbas Nggak Main-main: Jangan Berikan Pekerjaan Anak Bangsa ke Tenaga Kerja Tiongkok!

        Heboh Bentrokan Berdarah di Morowali, Anwar Abbas Nggak Main-main: Jangan Berikan Pekerjaan Anak Bangsa ke Tenaga Kerja Tiongkok! Kredit Foto: Suara.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas ikut menyoroti soal bentrokan berdarah yang terjadi di Morowali yang melibatkan kelompok karyawan di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).

        Anwar Abbas menyinggung soal dugaan PT GNI yang tidak terbuka soal berbagai hal terkait kegiatan usaha mereka. Jika benar hal itu terjadi, maka Anwar Abbas menyebut PT GNI tidak tunduk pada ketentuan yang ada di Indonesia dan sangat mungkin selama ini malah merugikan Indonesia.

        “Tidak mustahil  akibat dari tindakan mereka negara dan rakyat Indonesia telah dirugikan padahal dalam konstitusi negara kita seperti yang terdapat dalam pasal 33 UUD 1945 ayat 3 telah dinyatakan dengan tegas bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,” ujar Anwar Abbas dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (18/1/23).

        Baca Juga: Insiden Berdarah di Morowali Timbulkan Pertanyaan, Anwar Abbas Singgung Soal Kejujuran PT GNI: Apa Pemerintah Tidak Punya Data yang Akurat?

        Lanjut Anwar Abbas, pertanyaan yang mendasar di balik insiden ini adalah seberapa besar hasil dari pengolahan SDA tersebut yang di dapat oleh negara kita dan oleh mereka.

        Ia pun menyebut bukannya tidak mungkin, dengan dugaan ketidakbukaan PT GNI terkait kegiatan usaha mereka, bisa saja selama ini ada ketidaksesuaian yang tidak diketahui dan benar-benar merugikan Indonesia.

        Baca Juga: PT GNI Buka Suara Soal Korban Jiwa Bentrokan Berdarah Antarkelompok Karyawan: 1 WNI dan 1 WNA China

        “Apakah tidak mungkin terjadi di mana jumlah dan nilai yang mereka keruk dan ambil serta bawa ke Tiongkok sana jauh lebih besar dari yang mereka laporkan kepada pemerintah. Siapa yang mengontrol dan mengawasinya dan apakah mungkin petugasnya bisa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya  sehingga bisa dijamin  tidak akan  terjadi kebocoran yang merugikan rakyat dan negara kita,” ujarnya.

        Menurut Anwar Abbas, hal ini juga termasuk pada hal tenaga kerja. Sebagaimana diketahui kabar yang berhembus diduga kuat bentrokan yang berujung tewasnya dua orang ini disebabkan adanya diskriminasi hak tenaga kerja asal Indonesia dan tenaga kerja asing khususnya Tiongkok (China).

        Ia pun menegaskan seharusnya, pekerjaan yang memang bisa dilakukan oleh anak bangsa tidak boleh diberikan kepada tenaga kerja asing.

        “Semestinya semua pekerjaan yang bisa dilakukan oleh anak-anak bangsa jangan diberikan kepada tenaga kerja dari Tiongkok sana,” jelasnya.

        Baca Juga: Heru Lanjutkan Formula E Jakarta Peninggalan Anies Baswedan, Omongan Rocky Gerung Nyelekit: Yang Haram Itu 'Formula E-KTP'

        Bukannya tanpa alasan, menurut Abbas, hal tersebut jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai dan semangat yang ada dalam pasal 33 UUD 1945, karena dari pasal tersebut negara atau pemerintah dituntut untuk bisa memberikan pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh anak- anak bangsa kepada anak-anak bangsa sendiri dan jangan diberikan kepada tenaga kerja asing agar sebesar-besar kemakmuran rakyat dapat kita wujudkan.

        Baca Juga: Telak! Ganjar Pranowo Melampaui Anies Baswedan, Relawan Bangga: Gubernur Kampung Unggul Dibandingkan Gubernur Fasih Bahasa Inggris!

        “Tetapi dalam hal ini PT GNI  tampaknya belum melaksanakannya, ini terlihat  dari banyaknya tenaga kerja asing dari tiongkok yang bekerja disana sehingga hal demikian tentu jelas akan menyakiti hati kita sebagai  rakyat terutama para pekerja yang berasal dari indonesia di PT GNI tersebut karena mereka tahu bahwa kitalah sebagai bangsa yang punya sumber daya alam (SDA) tersebut tapi kenapa orang lain yang menikmatinya,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: