Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kelola Cadangan Mineral Lebih Baik, Erick: MIND ID Holding BUMN Tuntaskan Pembelian Saham

        Kelola Cadangan Mineral Lebih Baik, Erick: MIND ID Holding BUMN Tuntaskan Pembelian Saham Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mining Industri Indonesia (MIND ID) sebagai Holding BUMN Industri Minerba telah menuntaskan transaksi pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (PT VI) yang merupakan perusahan yang memiliki aset nikel terbaik dan terbesar di dunia.

        Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pembelian saham PT VI oleh MIND ID sesuai dengan mandat BUMN untuk mengelola cadangan mineral strategis Indonesia dan juga hilirisasi industri pertambangan nasional. Terutama, nikel domestik nikel sehingga akan menghasilkan produk domestik nilai ekonomis hingga 4-5 kali lipat lebih tinggi dari produk hulu.

        Baca Juga: Begini Cara Dirut MIND ID Pastikan Good Mining Practice

        "Di industri batu bara, BUMN melakukan akselerasi proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) atau gasifikasi batu bara. Itu antara lain dilakukan di proyek gasifikasi batu bara di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan," kata Menteri Erick dalam keterangan tertulisnys, Selasa (24/1/2023).

        Menurtnya, proyek gasifikasi batu bara itu dilakukan dengan melibatkan PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Air Products & Chemicals Inc. (APCI). Proyek itu dapat mengurangi subsidi LPG sebesar Rp7 triliun per tahun dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.

        "Ini yang saya rasa mengapa Pak Jokowi sekarang mendorong lagi hilirisasi diteruskan. Pak Jokowi juga akan mendorong lagi, bisa tidak kita swasembada gula di tahun 2030. Bisa tidak gula jadi etanol," kata Erick.

        Erick mencontohkan, seperti Etanol adalah pelarut organik dan bahan baku untuk senyawa industri seperti pewarna, obat sintesis, bahan kosmetik, bahan peledak, bahan bakar, dan lainnya. Indonesia diketahui telah menjadi negara pengimpor BBM sejak 1993. Kondisi itu, kata Erick, disiasati oleh Presiden Jokowi dengan kekuatan policy negara Indonesia.

        Di sisi lain, pemerintah juga menggelontorkan subsidi untuk masyarakat seperti subsidi BBM. Kebijakan subsidi itu untuk melindungi daya beli masyarakat, terutama di pedesaan.

        Hal itu tercermin ketika pemerintah beberapa waktu lalu merevisi harga pertalite yang turun dariĀ  Rp13.900 menjadi Rp12.800. Itu dilakukan karena harga BBM dunia sedang turun. Namun, jika melihat grafik, tren harganya ke depan bisa terus naik.

        "Ini yang kita lihat juga kenapa pemerintah tetap hadir. Pemerintah tetap menyubsidi. Yang namanya solar, pemerintah masih menyubsidi Rp6.500 per liter. Bahkan, kalau kita lihat pertamax dan pertalite itu masih disubsidi juga Rp1.000. Artinya apa, pemerintah masih membantu," kata Erick.

        Baca Juga: Tekan Penggunaan BBM, Kemenhub Dorong Masyarakat Gunakan Angkutan Umum

        Dari sisi perdagangan internasional, kata Erick, Indonesia juga mencatat surplus perdagangan yang besar sekali, mencapai US$51 miliar. Surplus perdagangan terjadi ketika nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Hal itu, menurut Erick, membuat negara pesaing mewaspadai kebangkitan ekonomi Indonesia.

        "Surplus perdagangan kita hari ini besar sekali US$51 miliar. Ekspor kita juga terus meningkat. Ini yang ditakutkan oleh negara-negara pesaing kita karena tahun 2045 kita ditargetkan masuk empat besar atau lima besar ekonomi dunia. Mereka sudah membaca data ini, makanya (mereka ingin) kita terlambat. Artinya, jangan cepat kaya lah Indonesia, gitu," kata Erick.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: