Raksasa Rheinmetall Genjot Produksi Amunisi hingga HIMARS di Jerman
Pembuat senjata Jerman Rheinmetall siap untuk meningkatkan produksi amunisi tank dan artileri untuk memenuhi permintaan yang kuat di Ukraina dan Barat serta mungkin mulai memproduksi beberapa peluncur roket HIMARS di Jerman, kata CEO Armin Papperger kepada Reuters.
Dia berbicara beberapa hari sebelum bos industri pertahanan Jerman akan bertemu dengan menteri pertahanan baru Boris Pistorius untuk pertama kalinya, meskipun tanggal pastinya belum diumumkan.
Baca Juga: Komentar Mengerikannya Bikin Karier Menlu Jerman di Ujung Tanduk
Dengan pertemuan tersebut, Pistorius bertujuan untuk memulai pembicaraan tentang bagaimana mempercepat pengadaan senjata dan meningkatkan pasokan amunisi dalam jangka panjang setelah hampir setahun sumbangan senjata ke Ukraina telah menghabiskan stok militer Jerman.
Rheinmetall membuat berbagai produk pertahanan tetapi mungkin paling terkenal karena memproduksi meriam 120mm dari tank Leopard 2.
“Kami dapat memproduksi 240.000 butir amunisi tank (120mm) per tahun, lebih dari yang dibutuhkan seluruh dunia,” kata Papperger dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Kapasitas produksi peluru artileri 155mm dapat ditingkatkan hingga 450.000 hingga 500.000 per tahun, tambahnya, yang akan menjadikan Rheinmetall produsen terbesar untuk kedua jenis amunisi tersebut.
Pada tahun 2022, Rheinmetall membuat sekitar 60.000 hingga 70.000 putaran masing-masing tank dan peluru artileri, menurut Papperger, yang mengatakan produksi dapat segera ditingkatkan.
Permintaan untuk amunisi ini telah melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu, tidak hanya karena penggunaan besar-besaran mereka di medan perang tetapi juga karena militer Barat mengisi kembali persediaan mereka sendiri, bersiap menghadapi apa yang mereka lihat sebagai ancaman yang meningkat dari Moskow.
Papperger mengatakan lini produksi baru untuk amunisi kaliber menengah, yang digunakan oleh tank anti-pesawat Gepard buatan Jerman di Ukraina misalnya, akan beroperasi pada pertengahan tahun.
Jerman telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menemukan amunisi baru untuk Gepard yang telah dinonaktifkan oleh militernya sendiri pada tahun 2010.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: