Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jepang Digerogoti 'Resesi Seks', Separah Apa Kondisinya Sekarang?

        Jepang Digerogoti 'Resesi Seks', Separah Apa Kondisinya Sekarang? Kredit Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
        Warta Ekonomi, Tokyo -

        Jepang kini tengah dihadapkan dengan masalah "resesi seks". Masalahnya, persoalan ini sudah pada tahap mengkhawatirkan.

        Untuk mengatasi hal itu, pemerintah Jepang sampai turun tangan untuk membentuk badan khusus demi menangani hal itu.

         Baca Juga: Teknologi Ini Akhirnya Dipakai Jepang buat Pantau Gerak-gerik dari Rezim Kim Jong Un

        Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan, banyak negara maju juga mengalami hal yang sama. Namun, persoalan yang ada di Jepang terbilang akut, mengingat Bank Dunia mencatat proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas tertinggi kedua di dunia setelah Monaco.

        "Jumlah kelahiran diperkirakan turun di bawah 800 ribu tahun lalu," kata Kishida kepada anggota parlemen dalam pidato kebijakan yang menandai dimulainya sesi parlemen baru.

        Badan Anak dan Keluarga akan diluncurkan pada April 2023 nanti. Kishida menekankan kebijakan mengenai anak dan pengasuhan anak adalah masalah yang tidak bisa ditunda.

        Pada tahun 2020 para peneliti memproyeksikan populasi Jepang turun dari puncak 128 juta pada 2017 menjadi kurang dari 53 juta pada akhir abad ini. Populasi saat ini hanya di bawah 125 juta, menurut data resmi.

        Rancangan badan ini untuk mendukung orang tua dan memastikan keberlanjutan di negara Jepang ini. Kishida menambahkan, pemerintah ingin menggandakan pengeluaran untuk program-program terkait anak.

        "Kita harus membangun ekonomi sosial yang mengutamakan anak untuk membalikkan angka kelahiran yang rendah," ujarnya.

        Ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kelahiran melambat di sebuah negara. Di antaranya lebih banyak wanita memasuki dunia kerja dan membuat perempuan memilih menunda memiliki anak, akses yang lebih besar terhadap kontrasepsi dan kenaikan biaya hidup.

        Negeri Sakura sendiri telah lama berjuang melawan resesi seks dan mencari cara menyelesaikannya untuk memenuhi kebutuhan penduduk lanjut usia yang tumbuh pesat.

        Ternyata dampak dari resesi seks sangat berbahaya untuk keberlangsungan suatu negara karena tidak memiliki generasi penerus.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: