Regulator India Ambil Jalur Hukum, Pembantaian Beruntun Terus Berlanjut Serang Bisnis Gautam Adani
Adani Group berusaha meyakinkan investor dengan mengatakan bahwa mereka memiliki arus kas yang kuat dan rencana bisnis yang didanai penuh. Ini karena regulator India mengonfirmasi sedang menyelidiki laporan kritis oleh penjual pendek yang telah menghancurkan saham grup tersebut.
Dipimpin oleh pengusaha miliarder Gautam Adani, tujuh saham grup yang terdaftar itu serentak kehilangan sekitar USD120 miliar (Rp1.817 triliun) dalam nilai pasar sejak laporan 24 Januari oleh Hindenburg Research yang menuduhnya menggunakan suaka pajak dan manipulasi saham.
Gejolak berlanjut pada hari Senin, saham di perusahaan memperpanjang kerugian mereka.
Melansir Reuters di Jakarta, Selasa (14/2/23) Adani pun berusaha untuk menenangkan investor melalui sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa neraca masing-masing perusahaan memiliki portofolio independen yang "sangat sehat". Mereka juga menambahkan memiliki aset yang aman dan arus kas yang kuat, dengan rencana bisnis yang didanai sepenuhnya.
"Kami yakin dengan kemampuan berkelanjutan dari portofolio kami untuk memberikan pengembalian yang unggul kepada pemegang saham," kata Adani Group dalam pernyataan email.
Bloomberg News melaporkan bahwa grup tersebut telah mengurangi setengah dari target pertumbuhan pendapatannya dan berencana untuk menurunkan belanja modal.
Krisis Adani telah memicu kekhawatiran penularan keuangan di India, protes di parlemen di mana anggota parlemen menuntut penyelidikan, prospek penurunan peringkat beberapa unit Adani dan membayangi rencana peningkatan modal grup. Gautam Adani juga kehilangan mahkotanya sebagai orang terkaya di Asia.
Pernyataan Adani Group mengatakan bahwa setelah pasar saat ini stabil, setiap entitas akan meninjau strategi pasar modalnya sendiri.
Dewan Sekuritas dan Pertukaran India (SEBI) telah menyelidiki kekalahan pasar, termasuk memeriksa pola perdagangan dan potensi penyimpangan dalam penjualan saham perusahaan andalan Adani Enterprises senilai USD2,5 miliar (Rp37,8 triliun) yang terpaksa dibatalkan oleh grup Adani karena kejatuhan saham.
SEBI membenarkan adanya investigasi untuk pertama kalinya dalam pengajuan Mahkamah Agung.
"SEBI sudah menyelidiki tuduhan yang dibuat dalam laporan Hindenburg serta aktivitas pasar sebelum dan sesudah publikasi laporan tersebut," kata regulator dalam pengajuan yang dilihat oleh Reuters. Masalah tersebut masih dalam tahap awal pemeriksaan.
Pekan lalu, Moody's menurunkan prospek peringkat untuk beberapa perusahaan Adani, sementara penyedia indeks MSCI mengatakan akan memangkas bobot beberapa indeks sahamnya.
Pada hari Senin, seluruh saham grup Adani mengalami tekanan. Adani Enterprises turun 7%, sementara Adani Total Gas, Adani Power dan Adani Transmission turun masing-masing 5%.
Adani Total, perusahaan patungan dengan TotalEnergies Prancis, telah kehilangan 70% sejak laporan Hindenburg, sementara Adani Enterprises turun 50%.
Sejak rilis laporan Hindenburg, Adani Group telah membayar di muka sebagian dari utangnya sebesar USD25 miliar (Rp378 triliun) dan berjanji untuk secara independen meninjau klaim short-seller, tetapi pembantaian di sekuritasnya terus berlanjut.
Di Mumbai, sekitar 100 pekerja politik dan aktivis oposisi Partai Komunis India berbaris meneriakkan slogan-slogan anti-Adani dan memegang poster kartun Adani dan Perdana Menteri Narendra Modi.
Kritikus oposisi menuduh pemerintah Modi memberikan bantuan yang tidak semestinya kepada Grup Adani. Pemerintah dan Adani sama-sama menyangkal hubungan yang terlalu dekat.
"Efek dari protes kami terlihat ketika saham Adani terus turun," kata Feroze Mithiborwala, salah satu pengunjuk rasa.
Dalam beberapa hari terakhir, kekhawatiran juga muncul tentang pemaparan pemberi pinjaman India dan asing ke Grup Adani. Dalam bantahannya atas tuduhan Hindenburg, konglomerat itu menunjuk hubungan perbankan internasionalnya sebagai tanda kekuatannya.
Grup DBS Singapura mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya memiliki eksposur USD976 juta (Rp14,7 triliun) kepada perusahaan-perusahaan grup Adani. DBS mengatakan tidak khawatir tentang paparannya terhadap grup tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: