Cara Membuat Nama Brand di Bisnis Kuliner, Bisnis Jadi Top dan Makmur!
Membuat nama brand di bisnis kuliner tidak bisa hanya mengikuti selera dari pebisnis. Tetapi juga harus memiliki alasan strategis di balik pembuatan nama tersebut. Banyak pebisnis yang akhirnya membuat nama brand dengan cara yang ribet, padahal ternyata gampang lho.
Mengutip YouTube Foodizz Channel, berikut 18 teknik membuat nama brand dalam bisnis kuliner!
1. Teknik Kategori Umum
Jadi, kita bisa membuat nama brand dengan cara menempatkan nama produk di bagian depan. Ini sangat cocok untuk UMKM sehingga konsumen dapat mengetahui apa yang kita jual. Misalnya Ayam Geprek Bensu, Holland Bakery, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Cara Membuat Biaya Bisnis Kuliner Lebih Efisien, Terapkan 9 Tips Ini!
2. Teknik Kategori Viral
Poin kedua ini pada akhirnya akan seperti poin pertama yakni teknik kategori umum. Namun, kita memanfaatkan konsumen yang FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan tren. Contohnya Odading Mang Oleh dan Es Kepal Milo.
3. Teknik Bahasa Keren
Teknik ini menggunakan bahasa yang keren atau kekinian sesuai dengan target market generasi zaman sekarang. Ini akan memudahkan target market melirik brand kamu. Contohnya Kopi Kenangan dan Kopi Janji Jiwa.
4. Keren untuk Owner
Awalnya mungkin nama ini dibuat secara tidak sengaja tetapi akhirnya menjadi branding dari bisnis. Misalnya Starbucks, McDonald's, hingga HokBen.
5. Teknik Nama Daerah
Teknik ini cocok untuk F&B yang identik dengan sebuah kota. Misalnya Soto Boyolali dan Rumah Makan Padang Payakumbuah.
6. Teknik Bahasa Asing
Yakni membuat sebuah brand dengan nama berbahasa Inggris, misalnya Baker Man. Teknik ini digunakan untuk target market menengah ke atas dan memang konsepnya cocok untuk nama tersebut. Jadi, harus hati-hati jangan hanya asal keren.
7. Jajak Pendapat Target Market
Kamu bisa membuat polling terhadap nama yang sudah kamu siapkan kepada target market untuk mereka pilih nama yang mana yang mereka sukai.
8. Open Question
Cara ini adalah menanyakan langsung ke target market. Teknik ini juga bisa digunakan dengan mengajak kerja sama influencer.
9. Setipe dengan Kompetitor
Teknik ini digunakan oleh brand minuman Haus, Teguk, Kopi Kenangan dan Janji Jiwa. Sehingga konsumen akan mudah mengenal produk yang kita jual sekaligus membandingkan dengan kompetitor.
10. Menggunakan Brand Generator atau AI (Artificial Intelligence)
Jika tidak memiliki ide, kamu bisa memakai teknik ini alias teknik 'malas' dengan menggunakan brand generator di Google.
11. Bayar Konsultan Brand
Ini adalah teknik yang paling mudah dengan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi memang membutuhkan modal atau biaya. Biasanya mereka juga sudah menyiapkan logo brand, color tone hingga layout.
12. Minta Pendapat Mentor
Ini juga menjadi teknik yang baik dan cukup murah meriah. Tetapi mentor tersebut juga harus memiliki track record membesarkan nama brand lain.
13. Kosakata Umum yang Diberi Makna
Kata 'kenangan' mungkin dahulu hanya kosakata umum. Tetapi setelah dibuat menjadi nama 'Kopi Kenangan' menjadi nama yang kita kenal sekarang. Jadi, cobalah menggunakan ide ini dengan mencari kosakata umum sehari-hari.
14. Singkatan
Contohnya adalah Ayam Geprek Bensu (Ruben Onsu). Teknik ini harus pintar-pintar dipadu-padankan ya!
15. Unsur Mengagetkan
Teknik ini bisa membuat konsumen cukup kaget dengan pemilihan katanya. Misal Sop Janda, Mie Setan, Mie Iblis, dan lain sebagainya.
Cara ini baik untuk pebisnis yang ingin cepat viral tetapi terkadang mengundang kontroversi hingga tidak bisa mendapatkan sertifikasi halal.
16. Gabungan Kata
Gabungan kata juga biasa digunakan untuk membuat nama brand, misalnya Janji Jiwa, Donat Bahagia, Titik Temu Coffee, dan lain sebagainya. Ini bisa menciptakan makna baru yang ingin secara sengaja dibangun pemilik bisnis.
17. Kekuatan Brand
Kekuatan brand berasal dari produknya yang memang sudah kuat. Misalnya Iga Bakar Si Jangkung, Sate Madura Pak Min, dan lain sebagainya.
18. Feeling dan Selera Owner
Teknik ini sebenarnya kurang direkomendasikan apalagi jika target marketnya lintas generasi yakni menggunakan feeling atau selera owner. Tetapi jika owner dirasa cukup memahami generasi sekarang, teknik ini bisa digunakan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: