Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menko Airlangga Ajak Investor Lirik Sektor Ekonomi Hijau dan Biru

        Menko Airlangga Ajak Investor Lirik Sektor Ekonomi Hijau dan Biru Kredit Foto: Kemenko Bidang Perekonomian
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan tengah bekerja sama dan berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk pihak swasta dan masyarakat, dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional.

        Airlangga mengatakan, dari sisi kebijakan, bauran kebijakan fiskal dan moneter senantiasa disinergikan, terutama untuk menjaga konsumsi masyarakat dan iklim investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Fundamental ekonomi Indonesia pun diyakini tetap solid karena potensi resesi berdasarkan survei Bloomberg hanya di angka 2%.

        Baca Juga: Rayu Investor Asing Tingkatkan Investasi, Menko Airlangga Jamin Politik dan Ekonomi Indonesia Stabil

        "Kebijakan konstruktif PC-PEN yang telah dilakukan menjadi kunci keberhasilan pemulihan ekonomi Indonesia sebab Pemerintah secara cepat merespons melalui langkah-langkah 'gas dan rem' yang mengintegrasikan penanganan kesehatan dengan pemulihan ekonomi nasional," tutur Airlangga, dalam acara Standard Chartered Indonesia World of Wealth (WOW) ke-19 2023, di Jakarta, dikutip Rabu (8/3/2023).

        Hasilnya, Airlangga mengungkapkan, pada 2022 Indonesia mampu tumbuh 5,31% (yoy). Ini merupakan level tertinggi sejak 2013 (5,56% yoy). Kinerja ekspor pun tumbuh double digit, disertai konsumsi dan investasi yang tumbuh baik. Semua sektor dari sisi supply juga tumbuh positif. Realisasi inflasi pada 2022 tercatat 5,51%. Pemerintah pun tetap menjalankan kebijakan extra effort tahun ini guna menekan laju inflasi kembali ke rentang target sasaran plus minus 3%.

        Namun, di sisi lain, Airlangga menuturkan bahwa sektor jasa keuangan masih menggeliat dan likuiditas perbankan yang masih terjaga makin mengonfirmasi bahwa masih ada ruang untuk mendorong investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi. 

        "Hal ini meningkat signifikan di masa pandemi, tetapi belum dioptimalkan kembali untuk ekspansi dan belanja pascapenghentian PPKM saat ini," ujarnya.

        Airlangga berujar, per Januari 2023, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah 8,03% (yoy) dan kredit 10,53% (yoy), kemudian nilai kelolaan Asset Under Management (AUM) mencapai Rp829 triliun dengan reksadana masih menjadi favorit masyarakat dengan nilai Rp509 triliun.

        Dalam jangka menengah panjang, Airlangga menyebut Pemerintah mendorong kebijakan ekonomi transformatif antara lain mellaui kebijakan hilirisasi SDA, transisi energi, pengembangan SDM, dan pembangunan infrastruktur, dengan menargetkan sebanyak 30 Proyek Strategis Nasional (PSN) selesai pada 2024 dengan estimasi nilai investasi sekitar Rp360 triliun.

        "Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, ekspor bahan baku akan terus dikurangi, dan industri hilir berbasis sumber daya alam di dalam negeri akan terus didorong. Pemerintah mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, baik pelaku usaha, industri jasa keuangan dan para investor untuk mengawal kebijakan hilirisasi ini. Selain itu, Pemerintah mendorong terus percepatan transisi energi nasional, termasuk di dalamnya pengembangan ekosistem electric vehicles (EV), di mana Pemerintah memberikan insentif supaya bisa lebih maju lagi," paparnya.

        Lalu, Airlangga menilai, KTT G20 Tahun 2022 memberikan komitmen nyata di antaranya Pandemic Fund untuk mengatasi pandemi di masa depan sebesar US$1,5 miliar dengan Indonesia berkontribusi sebesar US$50 juta.

        Baca Juga: Pemerintah Minta Kendaraan Listrik Hingga Ekonomi Biru Jadi Fokus Negara-negara ASEAN di 2023

        Selain itu, kebijakan transisi energi berkelanjutan melalui BALI COMPACT, dan komitmen mendukung pemulihan bagi negara rentan melalui alokasi Special Drawing Right (SDR) oleh IMF.

        Terdapat pula beberapa skema kerja sama ekonomi bilateral seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan investasi senilai US$20 miliar (Rp311 triliun) untuk membantu transisi energi di Indonesia, serta Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). 

        "Kesemuanya ini untuk mendorong business opportunities dalam pengembangan green and blue economy," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Alfida Rizky Febrianna
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: