Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Media Amerika: Ada Hubungan Antara Virus Corona dengan Rakun

        Media Amerika: Ada Hubungan Antara Virus Corona dengan Rakun Kredit Foto: Unsplash/Fusion Medical Animation
        Warta Ekonomi, Washington -

        Surat kabar Amerika Serikat New York Times melaporkan sekelompok pakar virus internasional menemukan data genetik yang menghubungkan virus corona dengan anjing rakun yang dijual di sebuah pasar di Wuhan, China. Data ini menambah bukti pandemi terburuk dalam satu abad terakhir berasal dari binatang yang diperdagangkan secara ilegal.

        Data genetik itu diambil di dalam dan sekitar Pasar Boga Bahari Huanan dari awal Januari 2020, tidak lama setelah pemerintah China menutupnya karena pasar itu dicurigai berhubungan dengan virus baru yang sedang mewabah.

        Baca Juga: FBI Ungkap Virus Covid-19 Berasal dari Laboratorium di China

        Sejak itu binatang-binatang di pasar tersebut disingkirkan tapi peneliti mengambil sampel dari lantai, dinding, kandang besi dan gerobak yang digunakan memindahkan kandang.  

        Dalam laporannya Jumat (17/3/2023) New York Times melaporkan tim peneliti internasional menemukan terdapat genetika binatang dalam sampel yang positif virus corona. Banyak data genetika yang cocok dengan anjing rakun.  

        Campuran materi genetik dari virus dan hewan itu tidak membuktikan anjing rakun terinfeksi virus corona. Bila memang anjing rakun itu terinfeksi tidak ada bukti hewan tersebut yang menyebarkan virus ke manusia. Hewan lain dapat menyebar virus ke manusia atau seseorang yang terinfeksi dapat menularkan virus ke anjing rakun.

        Namun tiga peneliti yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan analisa menyimpulkan anjing rakun yakni hewan berbulu yang memiliki pertalian genetik dengan rakun dan dapat menulari virus korona, menyimpan tanda genetik di tempat yang sama di mana materi genetik dari virus ditemukan. Menurut mereka bukti ini konsisten dengan skenario virus corona menyebar dari hewan ke manusia.

        Laporan detail tim penelitian internasional itu belum dirilis. Analisa mereka pertama kali dilaporkan oleh The Atlantic.

        Bukti baru ini memberikan kejutan baru dalam perdebatan mengenai asal usul pandemi. Tapi tidak memberikan jawaban bagaimana pandemi dimulai.

        Beberapa pekan terakhir asesmen dari Departemen Energi dan sidang di House of Representative Amerika Serikat mempromosikan teori yang mengatakan virus korona menyebar akibat kebocoran laboratorium di Wuhan.

        Namun data genetik dari pasar memberikan bukti yang paling memungkinkan bagaimana virus dapat pindah dari hewan liar ke manusia di luar laboratorium. Hal ini juga menunjukkan ilmuwan China tidak memberikan bukti yang lengkap yang dapat mengisi detail bagaiman virus menyebar di pasar Huanan.

        Pakar virus dari Pusat Ilmu Kesehatan Shreveport, Louisiana State University, Jeremy Kamil yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan temuan terbaru menunjukkan "sampel-sampel dari pasar memiliki turunan Covid awal yang terkontaminasi dengan DNA yang dibaca milik hewan liar."  

        Kamil mengatakan tidak cukup bukti untuk menyimpulkan hewan yang terinfeksi memicu pandemi. "(Tapi) ini benar-benar menyoroti perdagangan hewan ilegal dalam cara yang intim," katanya.

        Pada Februari 2022 lalu ilmuwan China merilis penelitian di pasar yang sama. Penelitian itu melaporkan sampel-sampel yang diambil di pasar itu positif virus korona, tapi peneliti China mengindikasi virus berasal dari orang yang terinfeksi yang sedang berbelanja atau bekerja di pasar, bukan dari hewan yang dijual di sana.

        Pada titik tertentu peneliti yang sama termasuk yang berafiliasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengunggah data mentah dari sampel yang diambil dari pasar ke repositori urutan genetik virus internasional atau GISAID.

        Ahli biologi evolusi di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis, Florence Debarre mengatakan pada 4 Maret lalu saat ia sedang meneliti pusat data untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pasar Huanan, ia menemukan urutan data genetik semakin banyak dari biasanya. Awalnya Debarre tidak menghiraukannya, tapi ia kemudian ia kembali masuk ke pusat data pekan lalu dan menemukan begitu banyak data mentah.

        Para pakar virus sudah menunggu data mentah dari pasar Huanan sejak mereka mempelajari laporan dari China pada Februari 2022 lalu. Debarre mengatakan ia memberitahu ilmuwan lain termasuk ketua tim yang mempublikasikan serangkaian penelitian tahun lalu yang menunjuk Pasar Huanan sebagai titik awal pandemi.

        Tim internasional yang terdiri dari ahli biologi evolusi di University of Arizona Michael Worobey, pakar virus dari Scripps Research Institute di California Kristian Andersen, dan biolog University of Sydney Edward Holme  mulai menambang data genetik baru sejak pekan lalu.

        Ada satu sampel yang menarik perhatian mereka. Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu mengatakan data itu berasal dari gerobak sebuah kios di pasar Huanan yang Holmes kunjungi pada 2014 lalu. Saat itu Holmes melihat kios tersebut meletakan kandang anjing rakun di sebelah kandang burung, lingkungan yang sangat kondusif untuk penularan virus baru.

        Tim peneliti menemukan data sampel yang diambil dari gerobak itu pada 2020 itu berisi materi genetik dari virus korona dan anjing rakun.

        "Cukup cepat kami menemukan setidaknya salah satu sampel ini, terdapat dapat banyak asam nukleat anjing rakun dan asam nukleat virus,” kata pakar virus dari University of Utah Stephen Goldstein.

        Asam nukleat merupakan blok bangunan kimiawi yang membawa informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum adalah asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA).

        Para ilmuwan internasional mengatakan setelah menemukan data itu mereka menghubungi peneliti China yang mengunggah data mentah itu untuk bekerja sama, sesuai dengan peraturan repositori daring. Tidak lama kemudian data yang sedang mereka teliti hilang dari GISAID.

        Belum diketahui siapa yang menghapus atau mengapa data tersbeut dihapus. Debarre mengatakan tim peneliti sedang mencari lebih banyak data termasuk sampel dari pasar yang belum diungkapkan ke publik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: