Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kurangi Emisi GRK Sektor Ketenagalistrikan, Ini Strategi Dirjen Gatrik

        Kurangi Emisi GRK Sektor Ketenagalistrikan, Ini Strategi Dirjen Gatrik Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan, pemerintah memiliki komitmen yang sangat kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dibuktikan dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC).

        Targetnya, pada tahun 2030 Indonesia mampu mengurangi emisi GRK sebesar 32 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan bantuan dunia internasional.

        Baca Juga: Tingkatkan Nilai Tambah, Kementerian ESDM Dorong Eksplorasi dan Hilirisasi

        "Target pengurangan emisi GRK sektor energi pada tahun 2030 sebesar 358 juta ton CO2 dengan kemampuan sendiri dan 446 juta ton CO2 dengan bantuan internasional dari skenario business as usual," ujar Jisman dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (23/3/2023).

        Jisman mengatakan, untuk mewujudkan komitmen pengurangan emisi GRK, Jisman menyebutkan bahwa Kementerian ESDM telah berkolaborasi dengan Kementerian dan Lembaga lain, serta stakeholder terkait.

        Hal tersebut dilakukan untuk pemodelan guna menghasilkan peta jalan transisi energi yang berisikan target dan milestone yang akan ditempuh Indonesia dari sisi supply dan demand energi untuk menuju Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

        "Berdasarkan peta jalan tersebut, emisi GRK sektor energi diproyeksikan akan turun sebesar 93 persen dari skenario business as usual, di mana sisa emisi yang dihasilkan adalah sebesar 129,4 juta ton CO2 di tahun 2060," ujarnya. 

        Untuk itu, diperlukan beberapa strategi untuk mengakselerasi dalam mengurangi emisi GRK sektor energi. Pertama, mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dan interkoneksi melalui supergrid.

        "Pada peta jalan transisi energi, proyeksi kebutuhan listrik Indonesia pada tahun 2060 akan mencapai 1.942 Tera Watt Hour (TWh) dan konsumsi listrik per kapita sebesar 5.862 KWh. Listrik tersebut akan dihasilkan 100 persen dari EBT dengan total kapasitas sekitar 708 Giga Watt (GW) pada tahun 2060," jelasnya.

        Adapun strategi selanjutnya adalah dengan moratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta mempensiunkan secara dini PLTU yang sudah ada. Kemudian dengan menerapkan prinsip-prinsip efisiensi energi secara masif. Strategi keempat adalah dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik serta kompor induksi secara massal. 

        Terakhir, yaitu dengan pengembangan smart grid untuk mengatasi intermittency pada variable renewable energy. Meski demikian, untuk mengurangi GRK di sektor energi bukanlah perkara mudah karena banyak tantangan yang dihadapi, seperti pendanaan proyek infrastruktur, perluasan dekarbonisasi, pengembangan teknologi, hingga pengembangan kapasitas dari sumber daya manusia. 

        "Untuk itulah kami berharap dari pertemuan yang diselenggarakan MKI ini bisa menghasilkan dan memberikan suatu rekomendasi kepada pemerintah dalam mengurangi GRK dan mencapai NZE, khususnya di sektor ketenagalistrikan," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: