Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Salip G7, BRICS Jadi Kelompok dengan Negara Berekonomi Tinggi

        Salip G7, BRICS Jadi Kelompok dengan Negara Berekonomi Tinggi Kredit Foto: Reuters/Wu Hong
        Warta Ekonomi, London -

        Kelompok BRICS, yang terdiri dari lima negara berkembang utama di dunia, telah menyalip Kelompok Tujuh (G7) dengan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produk domestik bruto (PDB) global berdasarkan paritas daya beli, demikian menurut data yang dihimpun oleh Acorn Macro Consulting, sebuah firma riset ekonomi makro yang berbasis di Inggris.

        Menurut temuan ini, blok negara-negara BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, menyumbang 31,5% dari PDB dunia.

        Baca Juga: Tanda-tanda Jatuhnya Dominasi Dolar Terlihat, Lihat Negara-negara BRICS Siapkan Mata Uang Ini

        Sementara itu, G7, yang terdiri dari AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris, dan dianggap sebagai blok ekonomi paling maju di dunia, menyumbang 30,7%.

        Kesenjangan antara kedua kelompok ini diperkirakan akan terus bertambah, kata para analis, karena China dan India mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan semakin banyak negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS.

        Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa "lebih dari selusin" negara telah menyatakan ketertarikan mereka untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Aljazair, Argentina, Bahrain, Bangladesh, Indonesia, Iran, Mesir, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Sudan, Suriah, Turki, Uni Emirat Arab, dan Venezuela.

        Sementara itu, Arab Saudi, Mesir dan Bangladesh telah mengakuisisi ekuitas di New Development Bank, organisasi pendanaan BRICS.

        Tahun lalu, negara-negara BRICS mengusulkan untuk menciptakan mata uang mereka sendiri agar dapat beralih dari dolar AS dan euro dalam transaksi-transaksi bersama.

        Penyelesaian internasional dalam mata uang-mata uang tersebut dipersulit oleh Rusia, salah satu anggota pendiri BRICS, oleh sanksi-sanksi terkait Ukraina.

        Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menyarankan penggunaan yuan China dalam transaksi dengan sekutu BRICS dan mitra internasional lainnya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: