Perkebunan kelapa sawit sebagai ujung tombak dari industri minyak sawit telah terbukti menjadi lokomotif ekonomi yang inklusif. Studi PASPI mencatatkan, perkembangan perkebunan sawit menghasilkan multiplier effect atau menciptakan manfaat yang lebih besar baik dalam bentuk output, pendapatan, nilai tambah, dan penciptaan kesempatan kerja.
Manfaat ini bukan hanya ditemukan pada perkebunan kelapa sawit, tetapi juga dalam perekonomian nasional secara keseluruhan.
Baca Juga: Bukti Affordability Minyak Sawit Dibandingkan Minyak Nabati Lain
Penelitian Rifin (2011) dalam laporan PASPI mengungkapkan peningkatan produksi minyak sawit di perkebunan sawit akan menghasilkan multiplier effect (output, pendapatan, tenaga kerja, dan nilai tambah) pada 10 sektor-sektor pedesaan di luar perkebunan kelapa sawit (rural non-farm economy).
"Bukti lainnya, dengan adanya perkebunan sawit di suatu daerah pelosok akan menghasilkan dampak dan mendorong lahirnya sektor-sektor baru sehingga mengubah daerah pelosok yang sepi dan terbelakang menjadi pusat ekonomi baru sebagai suatu agropolitan (kota-kota baru pertanian)," catat Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Tungkot Sipayung, dalam laman Palm Oil Indonesia.
Dalam sumber yang sama, data Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja (2014) menunjukkan hingga tahun 2013, setidaknya terdapat 50 kawasan pedesaan terbelakang/terisolir yang telah berkembang menjadi kawasan pertumbuhan baru dengan basis sentra produksi minyak sawit.
Baca Juga: CPOPC: Regulasi Bebas Deforestasi Uni Eropa Harus Menjaga Kepentingan Petani Sawit
Hal tersebut juga terkonfirmasi oleh studi World Growth (2011) yang mengatakan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah bagian penting dari pembangunan pedesaan
"Eksistensi industri sawit sebagai lokomotif ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 juga terjaga. Hal ini dikarenakan industri sawit secara alamiah memiliki imunitas yang tinggi seperti letaknya di pelosok, natural physical distancing, dan menghasilkan produk yang dibutuhkan di masa pandemi sehingga operasional industri baik dari sektor hulu hingga hilir tetap berlanjut," catat Dr. Tungkot Sipayung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: