Sabar dan Solid, Tim 7 Belum Setor Nama Capres ke Jokowi: Kami Tunggu Arahan Bapak
Kelompok sukarelawan Tim 7 Jokowi menyatakan satu pemikiran dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kriteria pemimpin Indonesia selanjutnya.
Dalam hal ini, mereka menginginkan sosok yang berkomitmen melanjutkan program-program pemerintah saat ini, terutama pembangunan infrastruktur.
Mereka juga menginginkan pemimpin yang berani memiliki keberanian, sehingga Indonesia tidak didikte pihak luar.
Gabungan 7 kelompok sukarelawan itu pun telah menyampaikan kriteria capres ideal versi mereka kepada Presiden Jokowi.
“Dan kriteria yang kami sampaikan tersebut satu pemikiran dengan apa yang diinginkan Presiden,” kata Sudiro dari Timbul Sehati Indonesia, salah satu organisasi pendiri Tim 7, di sela-sela acara Musyawarah Rakyat (Musra) di Senayan, Jakarta, Minggu (14/5).
Selain Timbul Sehati Indonesia, kelompok sukarelawan lainnya yang tergabung dalam Tim 7 Jokowi adalah, Laskar Cahaya Timur Indonesia, POSRAYA Indonesia, Gerakan Rakyat Nusantara, Senyum Penuh Damai (Sepeda), Kerja Cerdas Ikhlas, dan GARAMIRO.
Berbeda dengan kelompok sukarelawan penyelenggara Musra, Tim 7 tidak menyodorkan nama calon presiden kepada Jokowi.
Menurut Sudiro, pihaknya menyerahkan sepenuhnya keputusan soal Capres kepada Jokowi. Dia pun memastikan Tim 7 Jokowi akan mengikuti apa pun arahan sang presiden nanti.
“Kami Relawan Tim 7 mendukung Bapak Presiden sejak dari gubernur sampai presiden dua periode. Oleh karenanya kami akan terus solid untuk menunggu arahan bapak presiden pada tahun politik nanti,” tegas dia.
Sebelumnya dalam acara Musra, Jokowi minta sukarelawan cermat dan tidak terburu-buru dalam memilih pemimpin masa depan.
“Memilih pemimpin di tahun 2024 ini sangat krusial sangat penting sekali harus tepat dan benar oleh sebab itu saya bolak balik menyampaikan jangan grusa-grusu,” ujar Jokowi.
Menurut Presiden pemimpin ke depan akan ditentukan oleh rakyat. Apabila salah memilih maka kesempatan Indonesia untuk menjadi negara maju akan hilang.
"Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat, maka 13 tahun ke depan hilanglah kesempatan Indonesia untuk menjadi negara maju," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: