Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AS Masih dalam Ancaman Gagal Bayar Utang, Praktisi Pasar Modal: Indonesia Enggak Terpengaruh

        AS Masih dalam Ancaman Gagal Bayar Utang, Praktisi Pasar Modal: Indonesia Enggak Terpengaruh Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Depok -

        Usai mengalami kebuntuan negosiasi, Pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy pada Minggu (28/05/23) lalu menyepakati untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi US$31,4 triliun untuk menghindari gagal bayar (default) utang.

        Meski begitu, kesepakatan tersebut harus melewati Kongres AS sebelum 5 Juni 2023. Namun, sebagian anggota parlemen yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik menolak kesepakatan tersebut.

        Yang menjadi perhatian khusus adalah apakah Indonesia terdampak dengan situasi perekonomian di Amerika Serikat saat ini?

        Baca Juga: Profesor Politik Ungkap Perang antara China dan Amerika Serikat Bisa Pecah di Laut China Selatan

        Pendiri sekaligus CEO Emtrade Ellen May menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia tidak akan terdampak apabila Amerika Serikat tak kunjung mendapat solusi soal mekanisme bayar utang negara.

        “Enggak usah khawatir, yang namanya Amerika Serikat atau China itu mereka kalau ada masalah tetap akan ada solusinya, bisa jadi mungkin tenor (utangnya) diperpanjang,” kata Ellen, dikutip dari kanal Youtube Ellen May pada Rabu (31/5/2023).

        “Kalau ditanya Indonesia bakal terpengaruh atau enggak dengan kolapsnya perekonomian di Amerika? Jawaban singkatnya hanya satu kata: enggak,” sambungnya,

        Ia menjelaskan bahwa saat ini indikator-indikator perekonomian Indonesia masih baik setelah angka proyeksi dari indikator International Monetary Fund (IMF) dinaikkan.

        “Saat ini Indonesia punya rasio indikator-indikator ekonomi itu masih bagus. Jadi proyeksi pertumbuhan perekonomian dari IMF yang sempat waktu itu di angka yang lebih rendah terus dinaikkan proyeksi pertumbuhannya,” jelas Ellen.

        Sementara itu dalam sektor perbankan, ia melihat bank-bank Indonesia belum menunjukkan indikasi akan terdampak pada perekonomian Amerika Serikat yang saat ini sedang lesu. Selain itu, ia mengkritik influencer-influencer yang pada akhir tahun 2022 lalu menakut-nakuti masyarakat dengan kabar resesi ekonomi besar yang akan melanda awal 2023.

        “Perbankan Indonesia saat ini masih baik-baik saja dan masih kuat; jadi permodalannya juga masih kuat, penyaluran kreditnya juga masih bagus, dan likuiditasnya masih bagus. Hanya saja jika beritanya terus digembar-gemborkan dan ada peringatan seperti yang waktu itu Pak Jokowi di Oktober 2022 dan Ibu Sri Mulyani di Oktober 2022 sempat mengatakan potensi resesi global dan sebagainya, terus diviralkan lagi sama influencer sampai jutaan orang menonton,” ujarnya.

        Ellen menyatakan bahwa kabar ini yang membuat orang-orang enggan untuk berinvestasi dan cenderung menarik uang mereka secara besar-besaran dari bank. Menurutnya, hal ini yang membuat Indonesia bisa terdampak secara tidak langsung oleh situasi perekonomian di Amerika Serikat.

        “Iya orang-orang jadi ketakutan. Kalau saya perhatikan, ada yang jadi lebih takut dalam berbisnis lebih takut berinvestasi uang itu jadi enggak mutar dan bisa jadi self-fulfilling prophecy, dan itu di luar kendali kita jadi kita,” paparnya.

        “Jika masyarakat merespon dengan berlebihan yang terjadi adalah bank di mana pun sehebat dan sekuat apa pun kalau ditarik duitnya ya bisa jadi kolaps,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: