Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Helat Financial Top Leader Awards 2023, Warta Ekonomi Beri Penghargaan pada Pemimpin Perusahaan Keuangan yang Konsisten Lakukan Inovasi

        Helat Financial Top Leader Awards 2023, Warta Ekonomi Beri Penghargaan pada Pemimpin Perusahaan Keuangan yang Konsisten Lakukan Inovasi Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengembangan inovasi bisnis dan strategi adaptasi yang telah dilakukan oleh pemimpin perusahaan industri keuangan dalam kegiatan bisnis perusahaan sangatlah penting, terutama dalam menopang pertumbuhan ekonomi dan pengembangan potensi ekonomi nasional untuk lebih cepat terlaksana. 

        Peran penting para pemimpin perusahaan di sektor industri keuangan memang berdampak luas bagi kemajuan industri keuangan itu sendiri, maupun industri lain secara luas, karena industri keuangan merupakan landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang baik di Indonesia. 

        Warta Ekonomi memberikan penghargaan setinggi-tingginya bagi para pemimpin perusahaan industri keuangan yang telah konsisten melakukan inovasi, adaptasi dan pengembangan bisnis dalam kegiatan perusahaan yang melalui penghargaan Financial Top Leader Awards 2023 pada Rabu (31/5/2023). 

        Baca Juga: Transformasi Digital, Sinar Mas Kembangkan Ekosistem Digital Lewat Inovasi

        Penghargaan ini merupakan penghargaan yang keempat diberikan oleh Warta Ekonomi kepada para perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang industri keuangan. 

        Sementara itu, tema manajemen digital acceleration dan juga sustainability business dipilih karena akselerasi digital pada industri keuangan merupakan kunci utama dalam membangun bisnis yang berkesinambungan, terutama dalam mempersiapkan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Hal ini mewadahi perubahan masyarakat lebih terbuka pada pemanfaatan teknologi digital serta orientasi pada bisnis berkelanjutan. 

        Dalam acara ini, hadir M. Arsjad Rasjid P.M dari Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) sebagai keynote speaker dan Muhamad Ihsan selaku CEO dan Chief Editor Warta Ekonomi. 

        CEO dan Chief Editor Warta Ekonomi, Muhamad Ihsan memaparkan tren positif perbankan di Indonesia. Dalam pemaparannya, kebijakan ekonomi makro berdampak baik bagi industri perbankan.

        “Kebijakan ekonomi makro berdampak positif terhadap perbankan Indonesia,” ujarnya. 

        Dari segi perkembangan kredit dan NPL bank umum, masih menunjukkan tren positif, yakni berada pada 2,5% pada Maret 2023. Sementara itu, komposisi kredit per jenis penggunaan bank umum pada Maret 2023 berkisar di modal kerja, investasi, dan konsumsi. 

        “Perbankan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” sambungnya. Terlebih semenjak tahun 1998, ekonomi Indonesia mulai didorong oleh perbankan, sehingga perbankan menjadi bagian penting. 

        Hal yang berkaitan dengan industri keuangan, yakni ekonomi digital, turut menumbuhkan perekonomian tersebut. Pertumbuhan ekonomi digital mengalami peningkatan, nilai Gross Merchandise Value (GMV) diprediksi tumbuh hingga mencapai US$220 – 360 miliar yang terbagi atas beberapa sektor, yakni e-commerce, transportasi online dan layanan antar makanan, layanan perjalanan online, dan media online. Riseet ini berdasarkan Google, Temasek dan Bain & Company. 

        Di samping itu, layanan keuangan digital diklaim menjadi bagian terbesar dari total pendanaan investor, mengumpulkan sekitar US$1,5 miliar di paruh pertama 2022, dengan fokus utama aktivitas investor pada pembayaran business to business (B2B) dan layanan peminjaman. 

        Dari segi transaksi digital banking menurut data Bank Indonesia, nilainya mencapai Rp4.265 triliun, lebih tingi dibanding kartu ATM, kartu debit dan kartu kredit yang mencapai Rp738,3 triliun dan uang elektronik yang hanya Rp37,4 triliun. 

        Sementara itu, para pemimpin industri keuangan membuat mereka bertransformasi agar bisa bertahan di tahun berikutnya. Prioritas utama bagi para pemimpin di tahun 2023 ini adalah memimpin transformasi keuangan dan inisiatif perubahan organisasional, mengembangkan dan menyaring data dan strategi analisis, menyelaraskan pengeluaran untuk pertumbuhan, membangun hubungan pemberi kerja dan pekerja yang humanis, serta menetapkan strategi teknologi finansial dan pemetaannya. 

        “Keputusan sekarang tidak hanya mengira-ngira, namun melalui bantuan data-data,” tambah Ihsan. “Kita harus selalu siap menghadapi perubahan,” sambungnya lagi. 

        Di samping itu, akibat dari digitalisasi, terjadi tenaga kuat perubahan terhadap infrastruktur keuangan tahun 2023. Dalam 5 tahun ke depan, perbankan akan berinvestasi pada machine learning dan kecerdasan buatan senilai leibh dari US$15 triliun. 

        Kesempatan atau tren yang dapat dieksplorasi adalah dengan mendemokratisasi manajemen kekayaan, mengubah model bisnis yang lebih driven focus, dan melakukan personalisasi saran keuangan. 

        Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Arsjad Rasjid mengatakan, penetrasi internet di Indonesia mencapai 78%, artinya akan makin banyak permintaan produk keuangan digital yang mengikuti gaya hidup masyarakat go digital. 

        “Layanan keuangan digital mengikuti preferensi gaya hidup masyarakat Indonesia semakin go digital. Bisa dibilang akselerasi digitalisasi dengan e-money dan adopsi teknologi canggih lainnya adalah kunci pertumbuhan dan daya saing industri keuangan,” ujar Arsjad. 

        Arsjad memaparkan data dari McKinsey bahwa dalam 5 tahun terakhir, penetrasi pembayaran digital atau digital payment  di Inodnesia tumbuh 10 kali lipat atau mencapai 47%. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi UMKM yang menggunakan metode pembayaran QRIS sebagai tren transaksi masyarakat yang beralih dari dompet ke e-wallet. Sementara itu, pengguna bank digital di Indonesia sudah mencapai 78%. 

        Di samping itu, industri asuransi terjadi kemunculan tren insurtech atau insurance technology. Di tahun 2021, total premi insurtech mencapai Rp6 triliun atau 4% dari total premi nasional. Hal ini menunjukkan industri keuangan digital di Indonesia tumbuh signifikan. Namun, Arsjad juga menekankan soal tantangan keuangan digital Indonesia. 

        Tantangan bank terhadap digitalisasi, menurut Arsjad adalah keamanan data (data security) yang mencakup serangan siber dan kebocoran data. 

        “Perbankan adalah sektor yang sangat rentan terhadap kebocoran data, dengan kasus kebocoran data lebih banyak sebesar 300% per minggunya jika dibandingkan dengan kasus rata-rata global.” 

        Terlebih, dengan banyaknya layanan keuangan pinjaman online ilegal juga memicu penyalahgunaan data. Karena itu, industri keuangan harus mengantisipasi serangan siber seperti malware, phising, cyber farming, dan lainnya, untuk memastikan keamanan, transaksi, dan sistem keuangan. 

        Selain itu, penetrasi kredit di indonesia hanya 35% dari Produk Domestik Bruto (PDB), masih rendah dibanding Thailand yang mencapai 50% dan negara maju mencapai di atas 100%. 

        “Ke depannya, penyaluran kredit harus ditingkatkan, terutama bagi UMKM,” ujar Arsjad. Penyaluran kredit ini penting, khususnya bagi UMKM. Misalnya dengan digital lending dan juga peningkatan akurasi dan analisis risiko kredit dengan digital credit rating. 

        Tantangan lainnya adalah mengakselerasi mata uang digital Rupiah yang penting untuk inklusi keuangan, pembayaran cross-border, dan alternatif dari mata uang kripto. Arsjad menjelaskan, negara China sudah memulai uji coba mata uang digital di tahun 2020 dan Singapura di tahun 2022. Sementara Indonesia, baru pada Juli 2023 ini akan melakukan uji coba mata uang digital bernama CBDC (Central Bank Digital Currency) atau Digital Rupiah. 

        “Ke depannya, perbankan Indonesia harus lebih aktif mendukung Digital Rupiah dengan menjadi distributor dalam skema house maupun ritel,” tutup Arsjad. 

        General Manager R&D Warta Ekonomi Group, Amri Yuharoza mengatakan saat ini para pemimpin bisnis harus banyak belajar untuk menavigasi lanskap bisnis yang cepat dan tepat. Tantangannya yakni berjuang menghadapi inflasi, memenuhi tujuan perusahaan saat ini, mengambil tindakan di tengah ketidakpastian ekonomi, menciptakan budaya kerja jarak jauh (remote cultures) dan memberdayakan resiliensi dan kemampuan beradaptasi. 

        Ditambah lagi di tahun 2023 ini, para pemimpin harus memprioritaskan manajemen pembiayaan (52%), kinerja keuangan (50%) dan pertumbuhan (organic dan inorganik) (38%). Manajemen pembiayaan dan kinerja keuangan menjadi fokus prioritas sektor keuangan. 

        Pentingnya pemimpin di industri keuangan, karena institusi keuangan bertindak sebagai kanal likuiditas, yang mencakup distribusi layanan pembayaran dan sirkulasi keuangan, serta persediaan kredit. 

        “Pentingnya peran industri keuangan tersebut, membutuhkan gaya pemimpin yang harus terus beradaptasi dan berinovasi, terutama dalam memainkan peran dalam organisasinya,” ujar Amri. Amri menambahkan, pemimpin yang bertujuan akhir pada keberhasilan bisnis menjadi tolok ukur di industri keuangan. 

        Head of Economics, Banking & Finance Studies, Universitas Brawijaya dan Founder Jagoan Indonesia, Dias Satria menyatakan hal yang senada dengan Ketua Kadin, yakni industri perbankan mengalami perkembangan yang masif dengan adanya digitalisasi dan teknologi. 

        “Terjadi perubahan behavior dan preferensi masyarakat dalam sistem keuangan, serta tantangan baru [yakni] cybersecurity. Ini tantangan bagi top leaders untuk memahami adaptasi dalam menghadapi risiko tantangan ke depan,” ujar Dias. 

        Konsultan, trainer, dan dosen Universitas Islam Indonesia yang fokus pada pasar modal, manajemen investasi dan bisnis digital, Arif Singapurwoko menyatakan perusahaan saat ini sama seperti perusahaan rintisan (startup), yakni bertahan di tengah ketidakpastian. 

        “Perusahaan saat ini sama seperti startup, survive or fail. Sekarang, perusahaan harus dituntut untuk adaptif dan inovatif, karena perusahaan yang bapak/ibu pimpin sedang menghadapi tren digitalisasi seperti smart contract, cybersecurity, AI (artificial intelligence), data, dan sebagainya,” ujar Arif. 

        Menurut Arif, tren digitalisasi ini menjadi dua mata pisau, yakni akan menjadi peluang atau ancaman terhadap bagaimana industri keuangan merespons hal tersebut. Namun Arif menambahkan, tidak semua hal diubah menjadi digitalisasi, harus sesuai porsinya. 

        “Tidak semua tenaga dan sumber daya dihabiskan untuk digitalisasi. Khawatirnya, latah digitalisasi demi penetrasi pasar, tapi lupa pada engagement,” tambah Arif.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: